Catatan Perjalanan ke Sumatera Selatan dan Jambi (Bagian Terakhir)

Selasa 07-06-2022,10:05 WIB
Editor : redaksi 1

Oleh Dudy Oskandar Jurnalis dan Peminat Sejarah Sumatera Selatan Minggu 14 Maret 1954 Pagi pagi kami ke kantor GIA mengurus tempat untuk besok siang pukul 3 Kemudian kami menyeberangi Batang Hari menuju Ulak Kemang di mana kami menjumpai kepala kampungnya Zainal Abidin yang kami telah kenal sewaktu pergi ke Rantau Majo Kami diantar ke bekas Istana Sultan Jambi yang terakhir Wirokusumo Al Djuffri Dari istana ini tak banyak lagi yang penting dilihat Hanya dikanan kirinya ada gapura kecil yang menarik perhatian karena lengkungnya yang mengingatkan kepada lengkung kala makara Kalanya sangat distilir sedangkan makaranya menjadi ikan yang ekornya menjadi ujung lengn kung Adapun langgamnya sangat mendekati langgam Tiongkok atau Hindia Belakang Anehnya si jalah bahwa skulptur skulptur itu dari luar nampaknya dibuat dari padas sedangkan pada salah satu ikan yang sudah lepas nampak jelas bahwa terasnya dibuat dari batu bata dan diselubungi oleh semen specie menjadi bentuk ikan Dinding serambi muka istana dicat dengan gambar gambar sulur dan bunga teratai yang banyak mengingatkan kepada ukiran Bali Utara Di halaman sebelah barat istana terdapat arca gajah yang tersungkur di tanah karena bagian kepala dan kaki depannya sudah hilang Menurut Inventaris Buitenbezittingen Oudheidkundig Verslag 1914 No 139 arca gajah ini ada dua buah tetapi di mana satunya tak ada yang mengetahui Dari sini kami melihat masjid yang sudah baru sama sekali Tetapi di dalamnya terdapat mimbar yang berukiran indah Kemudian kami dijamu Zainal Abidin di rumahnya Pertanyaan kami mengapa kampung ini dinamakan Pacinan sebagaimana tercantum dalam inventaris kami dijawab bahwa dahulu kala penduduk pertama di situ adalah orang orang Tionghoa yang beragama Islam dan sangat beribadah Pada suatu pagi sewaktu mereka hendak mengambil air wudhu maka ternyata air Batang Hari beku dan menjadi emas Dari emas itu mereka membuat sebuah jung emas yang kemudian dipersembahkan kepada Sultan Dapatkah cerita ini ditambah dengan kenyataan bahwa di daerah Batang Hari dan Merangin memang banyak terdapatkan emas bubuk dari 24 karat dihubungkan dengan nama nama Suwarnadwipa dan Suwarnabhumi di dalam sejarah Pukul 12 30 kami menyeberang kembali ke Jambi kota Pukul 4 sore dengan naik pick up Kotapraja kami jalan lagi Mula mula kami kunjungi makam Puteri Ayu di dekat menara air yang ternyata tidak penting untuk keperluan kami Kemudian kami ke Solok Sipin melihat makam Sultan Mat Tahir yang baru sama sekali Di sebelahnya dibatasi tembok keliling terdapat makam makam lain yang tidak keramat tetapi untuk kami lebih penting Nisan nisannya dibuat dari kayu dan berukiran indah sekali Pun diukirkan pertulisan pertulisan huruf Arab Kami baca bahwa yang satu adalah makam Sultan Mahmud yang wafat tahun 1242 tahun hijrah dan yang lainnya adalah makan istrinya yang wafat tahun 1235 Karena kami sudah ada di Solok Sipin sedangkan menurut inventaris di sini tempat ditemukannya makara makara yang sangat besar di antaranya satu memuat angka tahun 986 Caka dan sebuah arca Buddha semua kini di Museum Jakarta maka kami tanya tanya akan tempat itu Untunglah ada seorang yang dapat menolong kami Tidak jauh dari masjid berdiri satu stupa yang langgamnya mengingatkan kepada zaman Jawa Tengah Menurut kata pengantar kami dahulunya stupa itu ada dua buah tetapi yang satu telah hilang tak berbekas Kami tanyakan tempat ditemukannya Batu Catur itu dan kami diantar ke dalam semak tak jauh dari masjid Meskipun dikatakan sudah tak ada sesuatu apa yang kuno namun mata kami yang dalam dua minggu terakhir ini sudah terlatih dapatlah melihat berbagai bagian tanah yang lebih tinggi daripada sekitarnya dan di dalamnya ternyata berisi batu bata Bahkan kami dapat menemukan sebaris batu batu bata yang masih berhubungan bekas tembok Hanya penggalian sajalah yang dapat menentukan apa yang masih terpendam di situ Dari Solok kami ke Talang Jawa kl 2 km di luar kota Makam di sini tidak penting dari sudut ilmu purbakala tetapi batu batu bata yang serupa bata Majapahit menarik perhatian kami Hari sudah gelap waktu kami mengakhiri peninjauan kami di daerah Jambi Senin 15 Maret 1954 Pukul 9 kami ke Kantor Keresidenan untuk minta diri Sayang sekali Residen tadi pagi pukul 7 berangkat ke Bangko Maka kami diterima oleh Wedana Simatupang yang tetap ramah tamah dan pula nampak antusias tentang hasil hasil peninjauan kami Beliau sesalkan bahwa kami tak dapat mengunjungi Simpang 8 jam berlayar dari Jambi dan Muara Sabak dimana ditemukan juga peningalan peninggalan purbakala Pun di Tungkal dan Berbak ada bekas bekas kepurbakalaan Dari sini kami ke kantor Kabupaten Bupati sedang rapat dan akan dapat menerima kami sesudah pukul 12 Maka kami selesaikan urusan pemakaian Landrover Pukul 12 30 kami menghadap Bupati Djamin Dt Bagindo yang juga luar biasa ramah tamahnya Pukul 2 30 kami melambaikan selamat tinggal Jambi dan menuju ke lapangan terbang Setelah menunggu lama maka pukul 3 25 kami diberitahu bahwa pesawat udara tidak datang dan karena itu harus menginap semalam lagi di Jambi Untunglah keluarga Walikota dan keluarga A Gaffar Dung tetap membuka pintu rumah mereka selebar lebarnya bagi kami Selasa 16 Maret 1954 Pagi hari kami menghabiskan waktu dengan melihat lihat kota dengan tiada bertujuan Tak ada lagi sesuatu yang perlu dan dapat kami kunjungi Sebelum pukul 12 kami sudah di Palmerah Pukul 1 10 Heronnya datang dan pukul 1 25 kami terbang ke Palembang di mana Budenani meninggalkan rombongan kami Kira kira pukul 5 waktu Jawa kami tiba di Kemayoran Sumber 1 Amerta 3 Pusat Penelitian Arkeologi Nasional 1985 2 Menyelusuri Sungai Menurut Waktu Penelitian Arkeologi di Sumatera Selatan Jakarta 2006 3 https id wikipedia org wiki Sumatra Selatan

Tags :
Kategori :

Terkait