Lebaran Lesung

Senin 02-05-2022,14:56 WIB
Editor : redaksi 1

nbsp INILAH hasil konkret berpuasa sebulan kemarin berat badan saya turun 3 kg Kembali ke 72 Yakni kembali ke sebelum Covid 19 Selama pandemi semua orang seperti merasa sah untuk kian tambun Makan banyak kurang gerak Saya memang makan banyak Tapi juga gerak banyak olahraga satu jam setiap hari Sebenarnya saya masih harus menurunkan lagi berat badan itu Tiga kilogram lagi Tapi rasanya sulit Ini bukan sikap pesimistis Ini realistis Saya hanya berhasil bisa mengurangi konsumsi gula dan daging Sangat drastis Lima tahun terakhir Tapi saya masih suka makan nasi dan makan banyak sekali Berpuasa tahun ini masih sama berbuka paling nikmat adalah di rumah sendiri Makan masakan istri sendiri Saat berbuka puasa seperti itu saya selalu minum air putih dulu Air hangat Hampir satu liter Lalu minum obat rutin menurun imunitas Setengah jam kemudian harusnya satu jam setelah makan obat itu barulah saya makan nasi Lalu minum obat liver Ritme itu sulit dilakukan kalau berbuka puasa di luar rumah Tentu tidak bisa dihindari kadang harus mangkir dari rumah Tahun ini saya dua kali berbuka puasa di atas pesawat Saya beli air botol 600 ml Botol itu saya masukkan ke dalam kaus yang saya pakai Agar dingin airnya berkurang Menjadi sama hangat dengan suhu badan Begitu saat berbuka tiba saya minum air itu Sampai hampir habis Sisanya untuk mengantar minum obat Roti dan air dari pramugari saya konsumsi setengah jam kemudian Dua kali pula saya berbuka puasa di acara instansi Pertama di Korem Baskara Jaya Surabaya Mewakili masyarakat media Saya baru tahu sekarang ini komandan Korem sekelas Surabaya berpangkat Brigjen Kedua di Grahadi kediaman resmi Gubernur Khofifah Parawansa di acara seminar dan ulang tahun Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Pergunu Hanya itu Tiga kali saya berbuka puasa di luar kota di Lumajang nya Gunung Semeru di Bee Jay Bakau Resort Probolinggo dan di sepulang dari Kembang Janggut nan jauh di Kaltim Baca juga Kembang Janggut Lalu dua kali pula berbuka puasa di Jakarta Syukurlah tahun ini masih belum banyak acara undangan berbuka puasa Semoga tidak kembali seperti sebelum Covid Ups masih satu kali lagi saya berbuka puasa di luar rumah di acara yang diadakan putri saya Isna Iskan Yakni untuk para penghuni perumahan yang dikelolanyi Di Sidoarjo Begitulah Meski selalu berolahraga saya tidak pernah merasa kehausan berlebihan Kecuali satu kali waktu di Kembang Janggut itu Haus sekali Tenggorokan sangat kering Hampir saja saya mokel membatalkan puasa Tapi malu Terutama pada teman teman Kristen yang satu mobil yang telanjur ikut tidak makan Sedang soal rasa lapar itu tiap hari Tapi setelah terbiasa merasa lapar selama satu minggu lapar berikutnya terasa nikmat Lapar yang bisa bikin kangen Lapar yang membuat badan terasa ringan Rasanya seperti ingin puasa terus Meski itu mustahil Tulisan ini saya buat menjelang berbuka di hari terakhir puasa kemarin Saya lupa menyebutkan saya lagi di Banyuwangi Berarti satu kali lagi saya berbuka di luar kota Hanya saja berbuka terakhir ini tidak seperti di luar kota keluarga lengkap istri anak menantu cucu cucu ikut serta Anak saya memutuskan untuk kali ini liburan di dalam negeri saja Dan saya harus setuju Harus ikut Kami akan dua hari di Banyuwangi Salat Idul Fitri di sini Di masjid kampung terdekat dengan hotel Setelah itu anak saya harus berlatih keras Menuntaskan tantangan bersepeda nanjak dari Surabaya ke Bromo Lalu ikut balap sepeda di Kansas Saya sendiri harus segera ke Singapura Dan Malaysia Saat berangkat ke Banyuwangi kemarin lalu lintas sangat beda Lancar Tidak seperti bulan lalu Jalur itu saya tempuh 9 jam Padahal sudah ada jalan tol Dari Surabaya ke Probolinggo Tapi dari Probolinggo ke Banyuwangi masih harus lewat jalan lama yang padat sekali Harus jadi buntut truk dan truk gandeng yang termehek mehek Perjalanan kemarin sangat mulus hanya 5 jam Hanya tiga kali tertahan truk keong Mungkin sudah banyak sopir truk yang libur Mungkin juga kami berangkat sangat pagi habis Subuh Pukul 10 00 sudah tiba di Banyuwangi Terlalu pagi Belum bisa masuk hotel Saya pun ingat Pak Iwan Ia ahli racikan kopi Ia ahli budaya suku Osing Ia punya kafe unik Yang dilengkapi benda benda budaya Banyuwangi Kafe Pak Iwan buka tanya saya lewat telepon Tutup Pak Karyawan libur Lebaran Saya sendiri lagi di Bali jawabnya tulis saya Saya bisa memaklumi keadaan itu Kami pun bawa cucu cucu ke pantai Boom Bisa naik kuda di pantai Sambil menatap pulau Bali dari arah pantai Banyuwangi Tiba tiba telepon saya menyala Ada pesan masuk dari Pak Iwan Kami sudah buka kafenya Ada dua petugas yang bisa menyambut keluarga Pak Dahlan katanya Ups Luar biasa Kebetulan kami semua berpuasa Tidak usah disiapkan makan minum kata saya seraya minta maaf telah merepotkannya Maka kami pun menuju kafe Sanggar Genjah Arum milik Iwan Lokasinya 9 km dari pantai Ke arah Gunung Ijen Genjah Arum berada di kampung suku Osing Cucu cucu bertanya apa itu Osing Kesempatan bagi kami untuk menjelaskan soal Osing ke generasi baru Memasuki Sanggar Genjah Arum mirip masuk ke banjar di Bali Tujuh bangunan terbuka ada di dalamnya Dengan arsitektur lokal Tertata rapi Indah Berseni Banyak yang bisa dilihat di situ Saya mengajak cucu cucu ke bagian pemrosesan beras di masa lalu Di masa saya remaja Peralatannya lengkap Asli Dari zaman nan dulu Ada beberapa lesung tempat padi ditumbuk Terbuat dari kayu utuh Yang sudah dimakan usia Banyak alu tongkat penumbuk Ada tampah tampah Juga banyak peralatan dapur masa lalu Di situ tersedia padi kering yang sudah ditata di pikulan Saya minta cucu laki laki memikulnya Seperti petani dulu memikul padi dari sawah ke rumah Lalu saya ambil satu gepok padi Saya masukkan ke lesung Semua cucu harus memegang alu Lalu menumbuk padi itu ramai ramai Seru Suara lesung pun riuh kena tumbuk alu bertalu talu Saya ambil tampah nampan besar terbuat dari bambu Padi dari lesung yang sudah mengelupas itu saya pindahkan ke tampah Saya peragakan bagaimana petani masa lalu memisahkan beras itu dari kulitnya Yakni dengan cara mengentakkan tampah itu Agar isinya melambung Bersamaan dengan itu saya tiup lambungan gabah itu Kulit gabah pun terbang meninggalkan tampah Itu saya lakukan berkali kali Sampai hanya beras saja yang masih tertinggal di tampah Itulah cara petani dulu mendapatkan beras Betapa sulitnya Saya masih bisa melakukan semua itu Masih ingat Tidak mungkin lupa Itu pekerjaan saya di masa remaja Saya bisa mendapatkan sedikit upah melakukan itu Di rumah tetangga orang tua saya di Magetan Para cucu pun mencoba satu per satu Bergantian memegang tampah Mengayunkannya Meniup benda yang terayun itu Dengan susah payah Dengan kelucuan masing masing Sebenarnya ada juga peragaan menggoreng kopi di situ Ada dapurnya Ada penggiling kopinya Tapi jam sudah pukul 13 00 Sudah waktunya ke hotel Pak Iwan itu juga promotor pengembangan pertanian organik Ia baru saja panen padi jenis Genjah Arum yang lagi ia galakkan di Banyuwangi Sukses Hari pertama Lebaran kali ini cucu cucu akan meneruskan rekreasi Saya terikat janji lain bertemu pengurus NU Cabang Banyuwangi Minggu lalu KH Makki Zaini ketua NU itu ke rumah saya Begitu mengetahui saya akan Lebaran di Banyuwangi Gus Makki pun mengadakan acara Alhamdulillah Minal Aidin wal Faizin DAHLAN ISKAN nbsp Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http disway id Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway

Tags :
Kategori :

Terkait