Oleh Dudy Oskandar (Jurnalis dan Peminat Sejarah Sumatera Selatan) SELAIN itu tahun 1953, wabah kolera menyerang Tungkal Ulu, tepatnya di Desa Merlung. Lima anak meninggal karena kolera. Di daerah itu tidak ada klinik. Solusinya maka dibuat klinik dalam mengatasi wabah ini. Masyarakat sangat gembira adanya layanan kesehatan yang sangat membantu warga. (Het Nieuwsblad, 13 Juli 1953). Penyakit kolera di Jambi sama halnya dengan penyakit-penyakit kolera di daerah lain seperti di Batavia, Jawa dan lain sebagainya, bukanlah merupakan penyakit yang berbahaya. Tapi penyakit kolera menjadi penyakit berbahaya dan mematikan hingga menjadi momok menakutkan bagi masyarakat maupun pemerintah kolonial karena diakibatkan, kebiasaan masyarakat tidak menjaga kebersihan dengan baik dan sanitasi yang buruk mengakibatkan penyakit kolera mewabah begitu cepat. Wabah tersebut diakibatkan kondisi lingkungan dan gaya hidup. Kebiasaan masyarakat yang tinggal di tepi sungai batang hari sangat rentan terkena penyakit. Mengkonsumsi air sungai sekaligus membuang limbah ke sungai. Itulah sebabnya masyarakat dengan mudah terjangkit kolera. Masyarakat pribumi mengandalkan pengobatan tradisional karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit kolera. Masyarakat menganggap penyakit kolera datang dan mewabah melalui udara, sehingga mereka mendatangkan dukun untuk menyembuhkan penyakit ini. Di Jambi sendiri masyarakat Kerinci menyembuhkan wabah penyakit dengan beberapa ritual seperti membakar kemenyan karena dipercaya bahwa bau kemenyan dapat mengusir wabah. Namun, pengobatan seperti itu tidak sepenuhnya dilakukann oleh masyarakat. Pemerintah Hindia Belanda berupaya untuk menyembuhkan penyakit ini karena apabila makin banyak masyarakat pribumi yang terjangkit maka Pemerintahan Hindia Belanda akan merugi. Akhirnya, Pemerintah Hindia Belanda harus mendatangkan dokter atau mantri dari Belanda. Setelah mendapatkan vaksin baru wabah ini berkurang. Hingga tidak ditemukan lagi gejala pada 1924 di Jambi. Wabah kolera membawa pengaruh yang sangat signifikan di Jambi baik dalam bidang pemerintahan, bidang kesehatan, bidang sosial, dan bidang ekonomi. Namun, paling berpengaruh terhadap kesehatan dan ekonomi karena dalam keadaan sakit masyarakat tidak dapat melakukan kegiatan seharihari dengan leluasa seperti biasanya. Segala kegiatan yang menyangkut perekonomian tertunda, ekspor, perkebunan dan pertanian terbengkalai. ***
Sumber :
1. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/wabah-kolera-di-keresidenan-jambi-1909 2. Yuni Trijayanti. 2021. Wabah Penyakit Kolera Di Keresidenan Jambi 1909-1924. Skripsi, Program Studi Ilmu Sejarah, Jurusan Sejarah, Seni dan Arkeologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi 3. https://sulsel.idntimes.com/life/education/ahmad-hidayat-alsair/rentetan-sejarah-wabah-pada-masa-kolonial-hindia-belanda 4. https://tirto.id/gara-gara-sanitasi-buruk-wabah-kolera-melanda-hindia-belnda- 5. https://jambikota.go.id/new/sejarah-kota-jambi/