Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Kedua)

Jumat 08-07-2022,07:36 WIB
Reporter : Dudy Oskandar
Editor : Tom

Pada tahun 1894 Herman Neubronner van der Tuuk meninggal dunia akibat disentri.

Di Lampung, Van der Tuuk hanya menetap sekitar satu tahun (1868-1869). 

BACA JUGA: Memindahkan Ibu Kota Sumatera Selatan (Bagian Ketujuh)

Salah satu buku penting karya Van der Tuuk mengenai bahasa, aksara, dan budaya Lampung adalah “Les Manuscrits Lampong” yang diterbitkan pertama kali tahun 1868.

Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. 

Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan keresidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatra Selatan.

Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 Maret 1964 tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatra Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khazanah adat budaya di Nusantara. 

BACA JUGA: Memindahkan Ibu Kota Sumatera Selatan (Bagian Keenam)

Oleh karenanya, pada zaman VOC di dapat dari berbagai sumber bahwasanya Vereenigde Oostindische Compagnie (Persatuan Perusahaan Hindia Timur) yang berada di bawah pemerintahan Belanda pada tahun 1800 selama abad ke-19 hingga abad ke-20, Hindia Belanda adalah salah satu koloni Eropa yang paling berharga di bawah kekuasaan Imperium Belanda. 

Tatanan sosial kolonial didasarkan pada struktur rasial dan sosial yang kaku dengan para elit Belanda yang tinggi terpisah, akan tetapi tetap berhubungan dengan penduduk pribumi yang dijajah oleh mereka. 

Sedangkan istilah Indonesia digunakan untuk lokasi geografis setelah tahun 1880 Masehi, nama Hindia Belanda tercatat dalam dokumen VOC pada awal tahun 1620 Masehi. 

Daerah Lampung sendiri tidak terlepas dari incaran penjajahan Belanda.

BACA JUGA:Memindahkan Ibu Kota Sumatera Selatan (Bagian Kelima)

Lampung kemungkinan besar pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda, setidaknya sampai abad ke-16. 

Sebelum akhirnya Kesultanan Banten menghancurkan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Sultan Banten yakni Sultan Ageng Tirtayasa, lalu tidak mengambil alih kekuasaan atas Lampung. 

Hal ini dijelaskan dalam buku The Sultanate of Banten karya Claude Guillot pada halaman 19 sebagai berikut:

Kategori :