MUBA, PALPRES.COM - Musi Banyuasin merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Selatan yang banyak memiliki tradisi adat dan istiadat yang unik serta beragam.
Tradisi yang di warisan oleh nenek monyang terdahulu inilah, wajib untuk kenalkan dan dilestarikan kepada generasi penerus sehingga tidak tergerus oleh zaman.
Sebab, tradisi adat istiadat ini menjadi ciri khas dan warisan budaya dari daerah tersebut.
Selain itu, tradisi ini juga dapat dijadikan sebagai pemikat bagi wisatawan untuk mengenal dan mengetahui tradisi yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin.
BACA JUGA:Wajib Diketahui! Inilah 5 Tradisi Adat di Sumsel Yang Hampir Punah
Apalagi, di bumi serasa sekate ini masih banyak sekali tradisi di kalangan masyarakat yang masih lestari hingga kini.
Lantas, tradisi apa saja itu. Yuk simak penjelasan berikut mengenai tradisi di Musi Banyuasin
1. Nugal atau Ngicir
Tradisi nugal atau ngicir merupakan tradisi unik Kabupaten Musi Banyuasin yang masih lestari hingga kini.
Tradisi ini termasuk dalam kearifan lokal dan penuh dengan nilai-nilai gotong royong, kekompakan, ramah tamah, saling berbagi, serta kebersamaan begitu kuat.
BACA JUGA:Mengenal Tradisi Lisan Serambe Banyuasin, Tercatat Sebagai Warisan Budaya Takbenda
Tradisi nugal adalah suatu kebiasaan yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari sendi-sendi kehidupan suatu masyarakat.
Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang di teruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan.
Nugal atau Ngicir adalah tradisi Masyarakat di Kecamatan Sungai Keruh menanam padi di lahan kering yang di sebut Ume (Kebun atau Ladang).
Ketika musim hujan tiba masyarakat dengan kompak dan saling gotong royong untuk mengundang Nugal atau Ngicir.
BACA JUGA:Asal usul Permainan Tradisional Cuki, Hanya Dimainkan Kaum Bangsawan?
Adapun Proses Nugal atau Ngicir menurut kebiasaan sebelum melakukan kegiatan tersebut, para masyarakat di jamu dengan memberi makan ketan lengkap dengan srundeng kelapa dan minum terlebih dahulu.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan memakai sebatang kayu (Tongkat Kayu) yang dibawahnya di tajam atau di lancipkan yang berfungsi untuk membuat lobang dengan cara menujah bagian dari tanah yang akan di tanam tanaman tersebut.
Istilah Nugal ini berasal dari nenek moyang setelah Indonesia merdeka, masyarakat turun ke halaman untuk menanam padi untuk memenuhi sebuah kebutuhan hidup di masa itu.
Hal ini masih tetap utuh dan menjadi sebuah tradisi yang masih kental di kehidupan masyarakat Sungai Keruh, walaupun saat ini sudah memasuki era modern atau era revolusi industri 4.0 tradisi ini tidak punah di makan waktu.
BACA JUGA:Rebo Kasan, Tradisi Makan di Tepian Sungai
2. Bekarang
Bekarang adalah tradisi menangkap ikan secara beramai-ramai dengan menggunakan alat tradisional tangkul atau anco.
Tradisi ini kini telah dikembangkan dan menjadi salah satu cara promosi wisata di Musi Banyuasin.
Menangkap ikan dengan cara yang ramah lingkungan bukan dengan cara sebaliknya (racun, peledak, setrum, dll).
BACA JUGA:Mengenal 5 Tradisi di Sumatera Selatan yang Kamu Harus Tahu
3. Ningkuk (Arena Perkenalan Bujang Gadis di Musi Banyuasin)
Ningkuk merupakan sebuah tradisi pertemuan muda mudi pada malam menjelang acara resepsi pernikahan.
Cangkir beras atau selendang telah disediakan untuk diedarkan dengan diiringi musik. Selama musik diputar maka selendang juga terus beredar sampai suatu saat musik akan dihentikan oleh moderator.
Saat musik berhenti berputar, selendang pun juga harus berhenti beredar. Siapa saja saat itu memegang selendang pada saat musik berhenti, kepadanya akan di berikan "hukuman" seperti menari berpasangan, merayu lawan jenis, berpantun, dan lain sebagainnya.
Banyak nilai positif dari tradisi ningkuk, seperti unsur bersosialisasi, bertanggung jawab, kecekatan, dan tentu saja sebagai fungsi rekreasi.