Polres PALI Bersama Forkopimda Gelar Nobar Wayang Orang, Para Pemerannya Buat Badan Gemetaran!

Senin 16-01-2023,17:43 WIB
Reporter : Berry Sandi
Editor : Firdaus

BACA JUGA:Wujud Kepedulian Terhadap Sesama, Polres Pali Berikan Tali Asih ke Anak Yatim hingga Lansia

Dirinya bertekad untuk ambil bagian dalam usaha melestarikan berbagai kekayaan budaya bangsa melalui tindakan-tindakan yang nyata.

“Bangsa Indonesia seharusnya lebih memilih wayang sebagai tontonan sekaligus tuntunan dalam kehidupan. Tetapi, pada kenyataannya saat ini rakyat (masyarakat red).

Lanjutnya, khususnya generasi muda, lebih mengidolakan tokoh-tokoh superhero produk negara lain dibandingkan tokoh-tokoh pewayangan.

“Ini menjadi tantangan bagi kita semua untuk mengembalikan kecintaan masyarakat terhadap budaya sendiri,” katanya.

BACA JUGA:Yuk, Intip Keindahan Alam Desa Terkaya di Kabupaten Belitung

Lakon Pandawa Boyong ini mengisahkan babak ketika lima orang ksatria bersaudara boyongan atau pindah dari Alengka yang dikuasai Kurawa ke Astinapura.

Kepindahan itu untuk memerdekakan diri dari kekuasaan Kurawa. Mereka harus berperang melawan Kurawa yang jumlahnya jauh lebih besar dengan punya persenjataan lebih banyak.

Namun berkat kesungguhan yang didasarkan niat baik, Pandawa dapat memenangkan perang tambahnya

Boyongnya Pandawa ke Astina menjadi pesan moral kepada masyarakat agar lebih memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila. Bahkan sosok dalam Pandawa Lima pun relevan dengan semangat dan nilai-nilai Pancasila.

Puntadewa adalah simbol ketuhanan yang menjadi sila pertama dalam Pancasila. Bimasena yang adil dan penuh rasa kemanusiaan, mewakili sila ke dua Pancasila.

Arjuna mencerminkan semangat persatuan dan kesatuan yang dinyatakan dalam sila ke tiga Pancasila. Nakula menyimbolkan sila ke empat, yaitu permusyawaratan masyarakat.

“Sedangkan kembarannya, Sadewa simbol dari sila ke lima, keadilan sosial yang benar-benar adil,”tandasnya.

Kategori :