Susan Heitler, psikolog kinis, pengarang buku The Power of Two dan konselor pernikahan secara online sepakat bahwa kurangnya kontribusi pria dalam pencarian nafkah keluarga bisa dianggap mengancam kemapanan pribadi mereka di luar hubungan dengan pasangannya.
“Merasa dirinya berada dalam peran pencari nafkah dengan hasil yang rendah atau tidak ada sama sekali, sangat mungkin menyerang ego mereka,” kata Heitler.
Para pencari nafkah juga bukan tak mempan akan tindak perselingkuhan, demikian hasil temuan penelitian ini.
Semakin tinggi pendapatan wanita, semakin sedikit kemungkinannya untuk berselingkuh.
Bahkan perempuan yang bertanggung jawab 100 persen dalam pencarian nafkah keluarga paling sedikit kemungkinannya untuk berselingkuh.
Namun hal ini tidak berlaku pada pria.
Saat pria menghasilkan 70 persen pendapatan keluarga, mereka sangat mungkin berselingkuh.
Namun, seperti dicatat oleh Munsc, kemungkinan seorang pria melanggar kesetiaan secara signifikan lebih rendah, dibanding jika mereka jadi pihak yang tergantung secara finansial.
“Intinya perkawinan akan lebih stabil ketika kedua pihak sama-sama berkontribusi secara ekonomi,” kata Munsch. *