PAGARALAM, PALPRES.COM - Harga komoditas kopi meroket hingga Rp35 ribu per kg, bahkan sempat hampir mencapai Rp40 ribu, tepatnya Rp39 ribu.
Di satu sisi membuat petani kopi bergembira, akan tetapi hal itu tidak diimbangi dengan buah yang banyak.
Faktor cuaca tahun ini ditengarai menjadi salah satu penyebab utama.
Hakim, salah seorang petani kopi di Pagaralam mengatakan, meski harga kopi melonjak, namun hasil kebun kopi miliknya hanya sedikit, faktor utamanya menurut dia adalah cuaca yang kurang bersahabat bagi petani kopi.
BACA JUGA:Trik Jitu Dapatkan Saldo DANA Gratis Rp170 Ribu Per Hari, dan Nikmati Cuan Ngalir Setiap Harinya
Hal itu berpengaruh terhadap buah kopi yang dihasilkan, biasanya dalam 1 hektar kopi bisa mencapai 3 ton, namun sekarang 1 ton pun tidak sampai, padahal pemeliharaannya sudah bagus.
"Biasanya panen bulan Juni - Agustus ini, tapi sekarang baru awal Juni kopinya sudah habis," ujarnya.
Ini penyebabnya salah satunya karena faktor cuaca yang ekstrim saat ini, sebab untuk tanaman kopi terutama ketika berbunga dan menjadi putih itu sangat rentan dengan faktor cuaca.
Jika terlalu panas, kembang dan putiknya tidak jadi karena menjadi kering, begitupun sebaliknya jika sering diguyur hujan, kembang atau putiknya akan gugur.
BACA JUGA:Challenge Macro Fotografi Berhadiah Saldo OVO, Catat Tanggalnya!
Jadi meski harga tinggi, namun tidak membuat perekonomian masyarakat naik.
Sebagai daerah penghasil kopi, hal ini berpengaruh juga kepada perputaran uang di pasar, meskipun saat ini musim kopi, tetapi uang ternyata berhenti menghasilkan.
Meskipun Pemerintah Kota Pagaralam saat ini menggalakkan program satu juta bibit sambung pucuk, namun program tersebut belum mencakup seluruh petani.
Para petani kebanyakan masih mengandalkan produksi kopi tahunan dan ketika siklus panen kopi bertepatan dengan harga tinggi, maka petani bisa berseri-seri.
BACA JUGA:Kasi Intel Kejari Lubuklinggau Meninggal Dunia, Almarhum Dikenal Sosok Yang Baik