PALEMBANG, PALPRES.COM - Perjuangan Reog Ponorogo untuk menuju warisan budaya tak benda UNESCO masih terjadi kendala.
Saat itu, Indonesia mengangkat jamu untuk bisa tercatat di UNESCO.
Namun demikian, Pemkab Ponorogo tidak berputus asa. Beberapa usaha terus dilakukan agar Reog Ponorogo bisa masuk pada UNESCO.
Wakil Bupati Ponorogo, Hj Lisdyarita SH menjelaskan, pihaknya terus memperjuangkan Reog Ponorogo masuk dalam daftar warisan budaya tak benda UNESCO.
BACA JUGA:Ini Dia Pemenang Pagelaran Seni Budaya Reog Ponorogo dan Kuda Lumping Sumatera Selatan
Salah satu yang dilakukan adalah berkeliling ke daerah Indonesia dan mensosialisasikan bahwa Reog Ponorogo milik Indonesia, bukan sekedar warga Ponorogo.
"Salah satu dukungan yang kami terima dari Gubernur Sumsel dan Wabup Banyuasin yang menyelenggarakan Festival Reog Ponorogo di Palembang," kata Hj Lisdyarita kepada palpres.com saat menghadiri Festival Reog Ponorogo dan Kuda Lumping di Taman Budaya Sriwijaya Palembang.
Selain berkeliling Indonesia, pihaknya juga mendapat kunjungan dari beberapa perwakilan negara di dunia untuk melihat langsung kesenian tersebut.
"Kami kedatangan dari Belanda, Suriname, Malaysia, Amerika dan Korea. Mereka berkumpul di Kabupaten Ponorogo untuk mendukung kesenian ini," jelas Hj Lisdyarita.
BACA JUGA:Pelestarian Reog Ponorogo dan Kuda Lumping di Sumsel
Usaha lain, Pemkab Ponorogo saat ini juga sedang membangun monumen Reog dengan ketinggian 126 meter.
"Di bawah monumen atau patung itu nanti ada Mueseum Peradaban. Tujuannya agar anak cucuk paham sejarah Reog Ponorogo," jelasnya.
Monumen ini bahkan disebut-sebut melebihi ketinggian monumen Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali.
"Kemarin kita bersaing dengan jamu untuk masuk ke UNESCO. Sebenarnya kurang tepat juga karena kesenian dan kesehatan. Tapi kami tetap berharap kesenian Reog Ponorogo ini bisa diangkat ke UNESCO," harapnya.*
BACA JUGA:Pawargo Main Reog Ponorogo di Museum Negeri Sumsel