Kisah Sahabat Nabi: Suhail bin Amr, Juru Bicara Quraisy yang Berhasil Hijrah

Minggu 23-07-2023,11:04 WIB
Reporter : Rida Satriani
Editor : Trisno Rusli

PALEMBANG, PALPRES.COM – Ada seorang juru bicara yang berasal dari suku Quraisy yang ahli dalam berkata-kata, tetapi juga mampu berhijrah menuju Islam dan mengamalkan kata-katanya dalam laku nyata.

Keahliannya tersebut sempat beberapa kali ditunjukkan pada peristiwa-peristiwa penting Islam.

Salah satunya pada hari-hari kemelut setelah wafatnya Rasulullah di tahun 11 Hijriah.

Negeri Arab pecah dalam kekalutan, sehingga suasana sangat berbeda dari sebelum Sang Rasul wafat.

BACA JUGA:KISAH SAHABAT NABI: Abu Lubabah, Menghukum Diri Sendiri karena Berbuat Khianat

Masyarakat saling berkata mengenai sikap apa yang harus mereka perbuat ketika Rasul tiada, termasuk penduduk di kota yang mulia itu; Kota Makkah.

Baru 3 tahun masuk dalam naungan kepemimpinan Umat Islam, kota itu ikut merasakan kekhawatiran serupa.

Bahkan, beberapa penduduk yang belum kuat keislamannya lantas berbisik-bisik dan menyebar kan benih pemberontakan, “Apakah ini saatnya kita kembali menyembah berhala?!”

Keributan yang terjadi di kota itu hingga membuat Attab bin Usaid selaku walikotanya merasa tak aman. Sebab, sesungguhnya beliaulah walikota Makkah yang dilantik langsung oleh Rasulullah.

BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi! Al Arqam yang Menjadikan Rumahnya sebagai Markas Dakwah

Namun, dia merasa ada mata-mata yang mengintai dan berusaha menjatuhkannya sehingga Makkah kembali ricuh serta diambil alih oleh kaum musyrikin dan kaum murtad.

Sampai pada saatnya ada sesosok lelaki berwibawa yang berdiri tegak di tengah kota tersebut, lantas dia berkata lantang yang mampu menghenyakkan jiwa, meringkus kebingungan, dan sembari menegakkan kebenaran.

"Wahai seluruh Quraisy! Apa kalian ingin menjadi orang terakhir yang beriman, dan yang pertama murtad?! Sesungguhnya Nabi Muhammad ialah utusan dari Allah yang Haqq, dan beliau tidak akan wafat sebelum risalah disampaikan dan amanah-amanah ditunaikan!” seru lelaki itu bersama mata yang berapi-api.

Orang-orang di Makkah pun sadar, mereka telah banyak merasakan nikmatnya hidup dalam keIslaman, maka betapa bodohnya jika mereka memilih kekafiran lagi sehabis Makkah terlihat terang dengan dihiasi pelita tauhid.

BACA JUGA:KISAH SAHABAT NABI: Abbad bin Bisyr Tetap Jalankan Salat, Meski 3 Anak Panah Menghujam Tubuhnya

Kategori :