Hal ini terkadang membuat guru menegurnya.
Tapi sebenarnya si anak menyimak tapi dengan kekuatan pendengarannya.
Kemudian ada tipe kinestetik.
Tipe ini si anak tidak bisa diam.
BACA JUGA:BERKAH LAGI! 21 JUTA KPM Bakal Dapat Bansos Tambahan 3 Bulan, Cair Oktober Nanti
Jadi mungkin ketika dia bergerak, lari sana, lari sini, tapi bisa menyimak lebih efektif.
Tipe ini tidak harus si anak disuruh untuk duduk diam.
Jadi dengan memperhatikan kondisi setiap anak yang berbeda, maka pendidikan yang kita diberikan juga akan lebih optimal.
Jadi intinya anak bukan sekedar obyek tapi juga sebagai subyek yang aktif.
BACA JUGA:Kisah Keshalihan Nabi Ismail dan Ketangguhan Orang Tua dalam Mendidiknya
Dengan meletakkan posisi anak sebagai subyek, maka anak-anak lebih dapat menangkap apa yang kita berikan kepada mereka dengan lebih baik.
Mengenai penggalian potensi si anak menurut Kak Seto dapat dilakukan orangtua dengan observasi atau pengamatan.
Orangtua melakukan pengamatan terhadap putra dan putrinya dari sejak lahir atau sejak bayi, batita, balita, dan seterusnya.
Orangtua diharapkan benar-benar melakukan pengamatan terhadap si anak, sehingga potensi anak dapat terlihat dengan jelas.
Misalnya di sekolah si anak mendengar suara piano, kemudian ia menggerakkan jari-jarinya seperti sedang main piano, maka menurutnya hal itu perlu ditindaklanjuti dengan menyalurkan potensi si anak dengan memasukkannya ke kursus piano.