Kisah Abdullah Bin Zubair, Pencetus Uang Logam Dirham Pertama Kali

Minggu 06-08-2023,07:11 WIB
Reporter : Fran Kurniawan
Editor : Fran Kurniawan

LUBUKLINGGAU, PALPRES.COM- Sahabat Palembang Ekspres dan kaum muslimin dimana pun anda berada, kali ini kita akan mengangkat kisah keberanian Abdullah bin Zubair pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab

Zubair dikenal sebagai sosok yang berani sejak kecil sehingga inilah yang membedakan dirinya dengan anak-anak sebayanya

Dilansir dari media online, suatu kali Abdullah sedang bermain bersama teman-teman sebayanya. Lalu ketika Umar bin Khattab datang, teman-teman sebayanya itu lari, tapi Abdullah tidak ikut berlari dan tetap diam di tempatnya.

Lalu Umar bertanya, "Mengapa kamu tidak berlari bersama teman-temanmu?" Lantas Abdullah menjawab, "Aku tidak berbuat salah, mengapa aku harus lari, lagi pula jalan di sini tidak terlalu sempit.

BACA JUGA:5 Cara Menghadapi Atasan yang Arogan, Nomor 5 Langkah Terakhir

Karena itu aku mempersilakan A
anda lewat, mendengar jawaban tersebut, Umar merasa senang.

Abdullah bin Zubair biasa dipanggil Abu bakar, nama panggilan ini sama dengan nama panggilan kakeknya, Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Abdullah lahir di Madinah tahun 1 Hijriah, dan menjadi anak pertama yang lahir di Madinah setelah hijrah Nabi Muhammad SAW.

Dia juga termasuk di antara empat serangkai yang dijuluki Al-Abadillah, mereka adalah Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Amr, dan Abdullah bin Zubair.

BACA JUGA:Dipercaya Punya Kekuatan Magis, Batu Ini Sering Dipakai untuk Meditasi

Abdullah bin Zubair juga menjadi khalifah pertama yang mencetak mata uang dirham dalam bentuk bundar, di salah satu sisi mata uang tersebut tertuliskan cap "Muhammad Rasulullah", dan di sisi satunya lagi tertulis cap "Allah memerintahkan untuk menepati janji dan berlaku adil".

Abdullah bin Zubair gugur sebagai syahid tahun 73 Hijriah di Makkah di tangan Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi dalam pertempuran sengit antara pasukannya dengan pasukan Dinasti Umayyah, Al-Hajjaj datang ke Makkah dan mengepungnya dari segala penjuru.

Abdullah pun berlindung di Ka'bah, kemudian dihujami batu dengan alat pelontar (manjanik) oleh Al-Hajjaj, setelah itu, Al-Hajjaj menyerahkan jenazah Abdullah ke ibunya, lalu sang ibu memakamkannya di Madinah di rumah Ummul Mukminin, Shafiyah binti Huyay. (frs)

Kategori :