Perahu tersebut memiliki panjang 10 hingga 20 meter, dan lebar mulai dari 1,5 meter sampai 3 meter.
Pancalang juga dipergunakan untuk alat angkutan transportasi sungai. Raja-raja dan pangeran sering menggunakan Pancalang untuk plesiran.
Selain sebagai perahu penumpang, Pancalang juga dijadikan sarana untuk berdagang di sungai.
Atapnya berbentuk kajang, kemudinya berbentuk dayung dan digayung dengan galah atau bambu.
Para ahli sejarah mengatakan bahwa perahu Pancalang inilah merupakan asal lahirnya Perahu Bidar.
Sejak zaman Kesultanan Palembang Darussalam, Perahu Bidar selalu dilombakan hingga sekarang.
Hal itu dilakukan untuk melestarikan Perahu Bidar yang merupakan bagian budaya masyarakat Palembang yang punya nilai sejarah.
Dahulu lomba ini sering disebut dengan sebutan kenceran.
BACA JUGA:Jarang Diketahui, 5 Fakta Menarik Orang Kelahiran Bulan Agustus, Orangnya Penyabar Lho!
Perlombaaan Perahu Bidar ini ada dua jenis yang dikenal saat ini.
Pertama, Perahu Bidar Berprestasi, yang memiliki panjang 12,70 meter, tinggi 60 cm dan lebar 1,2 meter.
Jumlah pendayung 24 orang, terdiri dari 22 pendayung,1 juragan serta 1 tukang timba air.
Jenis kedua Perahu Bidar Tradisional, yang memiliki panjang 29 meter, tinggi 80 cm serta lebar 1,5 meter.
BACA JUGA:Cara Transfer dari DANA ke OVO dan Sebaliknya Dengan Mudah, Dijamin Anti Gagal!
Jumlah pendayung 57 orang, terdiri dari 55 pendayung, 1 juragan perahu serta 1 tukang timba air.