Meskipun begitu, mereka tetap menyelaraskan dengan agama Islam yang dominan dianut masyarakat setempat.
Apalagi pada saat 1 sura, warga desa Batulawang melakukan selamatan dan ritual khusus.
Seperti Merdi Bumi, Palakia, Baritan, Kenduren Suran, Ruwat Dadung, dan tradisi lainnya yang dilakukan tetap dalam koridor agama Islam.
Disamping itu juga, desa Watulawang disebut dengan istilah desa Kurungan.
Karena disebut begitu, desa ini tetap aman dari era kolonial Belanda hingga sekarang ini.
Suasana asri tersajikan ketika berkunjung ke desa ini.
Dikutip dari laman resmi pemkab Kebumen, desa Batulawang sendiri berdasarkan tinjauan arkeologis, peradaban desa ini sudah ada sejak zaman prasejarah.
Terbukti kuat adanya kompleks makam kuwu yang berbentuk punden berundak.
BACA JUGA:Kampung Serpihan Surga di Ponorogo, Seperti Berada di Swiss
Selain itu, tradisi pemindahan makam juga merupakan warisan prasejarah yang bisa dijumpai di Watulawang.
Dugaan kuat bahwa peradaban prasejarah di Watulawang terus berlanjut dan bertahan bahkan hingga masa klasik (Hindu-Budha), dan baru bisa berbaur dengan kebudayaan baru ketika Islam masuk.
Untuk batas-batas desa Watulawang sendiri itu bagian utara berbatasan desa Kajoran, Kecamatan Karanggayam, dan sebelah selatan Desa Pengaringan, timur Desa Peniron dan utara itu kawasan hutan milik negara.
Secara Geografis dan secara administratif Desa Watulawang merupakan salah satu dari 449 Desa di Kabupaten Kebumen, dan memiliki luas Wilayah 138,6 Ha.
BACA JUGA:Berjarak 164,8 Km dari Surabaya, Kampung Unik Ini Hanya Disinari Matahari Selama 5 Jam Saja
Secara topopografis terletak pada ketinggian lebih kurang 350 meter diatas permukaan air laut. Lahan di Desa Watulawang sebagiaan besar merupakan Tanah Kering 75 persen dan Tanah sawah sebesar 25 persen.