Kabar Gembira, KA Jayabaya Tak Gunakan Kursi Tegak Lagi Tanggal 26 September 2023, Kenapa? Ini Alasan dari KAI

Sabtu 23-09-2023,05:30 WIB
Reporter : Firdaus
Editor : Firdaus

Kereta api ekonomi new generation merupakan hasil modifikasi di Balai Yasa Manggarai. Saat ini, ada 10 kereta ekonomi yang telah berhasil dimodifikasi oleh Balai yasa Manggarai sejak April 2023.

KAI mengucapkan terima kasih kepada pelanggan setia yang telah banyak memberikan kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan berkelanjutan dalam layanan KAI di segala lini.

Salah satunya adalah melalui modifikasi kereta ekonomi new generation ini, sebagai komitmen KAI untuk meningkatkan kenyamaan pelanggan selama dalam perjalanan.

Nah, siapa yang tidak sabar buat nyobain kereta ekonomo new generation?

BACA JUGA:Mampu Melaju 139 KM/Jam, Ini 3 Kereta Api Tercepat di Indonesia, Salah Satunya Baru Beroperasi Tahun 2019

BACA JUGA:Buat Betah Mata, Inilah 7 Jalur Kereta Api di Jawa Memiliki Pemandangan Indah

Tiketnya sudah bisa kalian pesan di berbagai kanal penjualan ya?

Yuk segera pesan tiket KA Jayabaya, sebelum kehabisan.

Dikutip dari laman resmi kai.id, inilah sejarah perkeretaapian di Indonesia.

Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai ketika pencangkulan pertama jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele tanggal 17 Juni 1864. 

Pembangunan dilaksanakan oleh perusahaan swasta Naamlooze Venootschap Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) menggunakan lebar sepur 1435 mm.

BACA JUGA: Kamu Harus Tahu, 5 Provinsi di Pulau Sumatera yang Punya Kereta Api

BACA JUGA:Aplikasi PeduliLindungi Berubah Jadi SatuSehat Mobile, Naik Pesawat dan Kereta Api Sekarang Harus Bawa Ini

Sementara itu, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara melalui Staatssporwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875. Rute pertama SS meliputi Surabaya-Pasuruan-Malang. 

Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api dilaksanakan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922). 

Sementara itu di Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel, belum sampai tahap pembangunan. 

Kategori :