Ketika berbelanja pembeli bisa melihat langsung berbagai produk yang dijual, bebas memilih model yang disuka, mencoba ukuran yang pas, dan menilai kualitas bahan yang digunakan.
Kemampuan untuk merasakan produk secara langsung membuat pembeli memiliki kepercayaan tinggi terhadap toko offline.
Selain itu, dengan adanya toko offline, pelayanan kepada pembeli juga menjadi lebih mudah dilakukan.
Keluhan atau kebutuhan dapat langsung ditangani tanpa menunggu waktu lama.
BACA JUGA:7 Tempat Wisata di Indonesia yang Ada di Uang Kertas, Cocok Dikunjungi Ketika Liburan Akhir Tahun!
Karena pemilik atau penjaga toko dapat memberikan contoh produk, menjawab pertanyaan.
Lalu menanggapi keluhan, dan mengurus pengembalian barang jika diperlukan.
Bahkan, setelah membayar, produk yang sudah dipilih akan diberikan langsung kepada mereka.
Dengan begitu, pemilik toko tidak perlu repot mengurus pengiriman dan tentu saja pembeli tidak perlu khawatir menunggu berlama-lama, hingga barang yang sudah dipesan tiba.
BACA JUGA:Pilih yang Mana? Ini 3 Untung Rugi Uang Tunai dan Uang Digital yang Harus Diketahui Saat Transaksi
Namun, toko offline memiliki kekurangan karena umumnya berada di satu lokasi saja, sehingga jangkauan pasar mereka terbatas.
Keterbatasan ini dapat berdampak negatif pada penjualan, sehingga pemilik toko disarankan memilih lokasi yang strategis agar lebih banyak pembeli dapat mengaksesnya.
Tak hanya itu, toko offline memiliki jam operasional khusus, umumnya buka selama 10–12 jam per hari.
Selama waktu itu, semua transaksi jual-beli dapat dilakukan. Namun, setelah toko tutup, tidak ada lagi pelayanan kepada pelanggan.
BACA JUGA:Jangan Khawatir! Begini Cara Mengurus Kartu ATM yang Tertelan Mesin ATM
2. Toko Offline