Puncak keberhasilan Hannibal terjadi pada Pertempuran Cannae.
Dalam pertempuran ini, Hannibal menggunakan taktik "perangkap melingkar", di mana ia menarik pasukan Romawi ke dalam formasi lingkaran dan mengepung mereka dengan pasukan infanteri dan kavaleri.
Serangan mendadak ini mengakibatkan kehancuran besar bagi pasukan Romawi, di mana lebih dari 50.000 prajurit Romawi tewas.
Namun, meskipun serangkaian kemenangan ini membuat Roma terancam, Hannibal tidak mampu memanfaatkannya sepenuhnya.
Meski berhasil mencapai kemenangan militer, ia tidak memiliki dukungan logistik yang cukup untuk mengepung dan menaklukkan Roma.
Selain itu, Republik Romawi memiliki kemampuan untuk membangun kembali pasukan mereka yang terkuras.
Meskipun Hannibal memenangkan beberapa pertempuran penting, Roma tetap menjadi kekuatan yang lebih kuat dan bertahan.
Pada akhirnya, Hannibal mengalami kekalahan dalam Pertempuran Zama pada tahun 202 SM, di mana pasukan Romawi di bawah komando Scipio Africanus mengalahkannya.
Carthage pun akhirnya tunduk pada kekuasaan Romawi.
Setelah kejatuhan Carthage, Hannibal menjalani tahun-tahun terakhir hidupnya dalam pengasingan di berbagai tempat di Timur Tengah.
Hannibal Barca diakui tidak hanya sebagai seorang jenderal yang cakap, tetapi juga sebagai seorang pemikir strategis yang brilian.
Ia dihormati dan dipelajari oleh banyak jenderal dan pakar militer hingga saat ini.
Kepintarannya dalam penggunaan taktik dan memanfaatkan kondisi medan perang telah mengilhami generasi berikutnya dalam perang dan strategi militer. *