Setelah imigrasi dan berdagang, mereka memilih untuk menetap dan menikah dengan wanita setempat.
Hal tersebut yang membuat suku Tionghoa tersebar di Indonesia.
Karena semua suku Tionghoa masuk ke Indonesia dan menetap di Indonesia maka hal ini menyebabkan adanya akulturasi dan asimilasi budaya.
Budaya Tionghoa dan Indonesia bersatu karena percampuran penduduk ini, bahkan dapat terjadi campur kode ketika sedang berbicara satu sama lain.
Dilansir dari beberapa sumber, Chindo muncul sejak seiring dengan diaspora China datang ke Asia Tenggara.
Saat pedagang Tionghoa datang ke Nusantara dan saat itu masih diisi oleh kerajaan Sriwijaya.
Seiring berjalannya waktu barulah pada masa kolonial masyarakat Tionghoa mulai menetap di wilayah Nusantara.
Karena pada saat itu pemerintah kolonial membutuhkan tenaga kasar yang murah untuk bekerja di jajahan.
BACA JUGA:Nama Kota Ini Seperti Kerajaan Nusantara, Kaya dengan Ragam Objek Wisata, Gak Menyesal Kesana
Oleh sebab itu, maka mereka mengimpor tenaga kerja dari China, akan tetapi saat itu Tionghoa belum tinggal berkelompok.
Hingga pada tahun 1740 orang Tionghoa melakukan pemberontakan secara besar-besaran di Batavia.
Dengan adanya peristiwa ini membuat banyak etnis Tionghoa.
Pemukiman Tionghoa juga mayoritas terletak di dekat pasar karena mereka juga bekerja sebagai pedagang.
BACA JUGA:6 Tokoh Paling Berpengaruh di Masa Kerajaan Nusantara, Nomor 4 Sultan Kebanggaan Palembang.
Karakteristik dari orang Tionghoa adalah didekat pasar, seperti di Banten lama dekat pasar, di Cerebon juga dekat dengan pasar dan masih banyak lagi.