Kekhawatiran itu muncul karena gempa besar tersebut dipicu oleh salah satu segmen di Megathrust Nankai,” ungkap Daryono.
BACA JUGA:Kolaborasi Bank Indonesia dan MarkPlus Institute Perkuat Industri dan Pemasaran di Sumatera Selatan
BACA JUGA:Airlangga Mundur dari Ketum Golkar, Disebut Ingin Fokus di Kabinet, Peta Politik Bakal Berubah?
Di zona Megathrust Nankai, menurut Daryono, terdapat palung bawah laut sepanjang 800 kilometer yang membentang dari Shizouka disebelah barat Tokyo hingga ujung selatan Pulau Kyushu.
“Gempa M7,1 kemarin dikhawatirkan menjadi pemicu atau pembuka gempa dahsyat berikutnya, di Sistem Tunjaman Nankai
Jika kekhawatiran akan terjadinya gempa besar yang disampaikan para ahli Jepang tersebut menjadi kenyataan, tentu saja akan terjadi gempa dahsyat yang tidak saja berdampak merusak, tetapi juga akan memicu tsunami,” papar Daryono.
Lantas bila gempa dahsyat Nankai terjadi, apakah ada efeknya terhadap lempeng tektonik di Indonesia?
BACA JUGA:Kunjungi Kantor Sekretariat Tri Dharma, Wamenag Pesan Wariskan Moderasi Beragama
Daryono memastikan gempa dahsyat Nankai tidak berdampak terhadap sistem lempeng tektonik Indonesia.
Karena jarak yang jauh, dan dinamika tektonik hanya berskala lokal hingga regional di Tunjaman Nankai.
“Kekhawatiran ilmuwam Jepang terhadap Megathrust Nankai, sama persis dirasakan oleh ilmuwan Indonesia.
Khususnya terhadap Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut,” tegas Daryono.
BACA JUGA:PDIP Sumsel Diinformasikan Bakal Beri Dukungan Pilkada di Sumsel Setelah 17 Agustus
BACA JUGA:BAHAYA BANGET! 5 Hal Ini Bakal Dilakukan Zodiak Aries Ketika Merasa Tersakiti
Ditambahkan Daryono, rilis gempa di dua segmen tersebut boleh dikata “tinggal menunggu waktu”.