Dikutip dari laman Wikipedia, kendaraan udara tak berawak atau UAV, umumnya dikenal sebagai drone.
Merupakan pesawat nirawak, tanpa pilot manusia ataupun penumpang di dalamnya.
Awalnya dikembangkan sepanjang abad 21, untuk misi militer yang terlalu "membosankan, kotor, atau berbahaya" bagi manusia.
BACA JUGA:Ini 5 Gempa Merusak Sepanjang September 2024, Terjadi di Bali hingga Kalimantan Barat
BACA JUGA:Nasibnya 12 Tahun Digantung! 11 Daerah di Sulawesi Selatan Siap Bentuk Kabupaten Baru
UAV selanjutnya telah menjadi aset penting bagi sebagian besar militer pada Abad 21.
Pada tahun 2020, 17 negara telah mempersenjatai UAV, dan lebih dari 100 negara menggunakan UAV dalam kapasitas militer.
Lima negara pertama yang memproduksi desain UAV dalam negeri adalah Amerika Serikat, Tiongkok, Israel, Iran, dan Turki.
Produsen UAV militer teratas termasuk General Atomics, Lockheed Martin , Northrop Grumman , Boeing , Baykar, TAI , IAIO , CASC , dan CAIG .
BACA JUGA:Telkomsel Gelar Program CSR Baktiku Negeriku 2024, Dorong Pertumbuhan Ekonomi Desa
BACA JUGA:Israel Kembali Serang Sekolah di Gaza, Korban Tewas Sebagian Besar Anak-anak dan Perempuan
Tiongkok telah membangun dan memperluas kehadirannya di pasar UAV militer sejak 2010.
Pada awal tahun 2020-an, Turki juga membangun dan memperluas kehadirannya di pasar UAV militer.
Untuk misi intelijen dan pengintaian, sifat siluman yang melekat pada ornithopter bersayap mengepak UAV mikro yang meniru burung atau serangga, menawarkan potensi untuk pengawasan rahasia dan membuat mereka menjadi target yang sulit untuk dijatuhkan.
Kendaraan udara pengintaian dan pengawasan tak berawak digunakan untuk pengintaian , serangan , pembersihan ranjau , dan latihan target .
BACA JUGA:BCA Jadi Bank Paling Dipercaya di Dunia, Melayani 100 Juta Transaksi Nasabah Per Hari