Kemunculannya pertama dan terakhir di daerah yang bernama Pantai Jati, Munggu Kerikil, Kabupaten Tapin sangat misterius.
BACA JUGA:Demak Dikepung Banjir, Komplek Makam Sunan Kalijaga Ikut Terendam
Bahkan pada pertama kali muncul, namanya juga tidak diketahui, sehingga nama Nuraya disematkan oleh Datu Suban sesuai dengan kedatangannya pada Hari Raya Idul Fitri.
Dialah pembawa Kitab Barencong yang kini terkenal.
Legenda Datu Nuraya beredar dari mulut ke mulut, kini dia bermakam di Pantai Jati, Munggu Kerikil di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Datu Nuraya juga dikenal dengan nama Syekh Abdul Mu’in, sebagian adapula menyebut Syekh Abdul Jabbar serta menyebut Syekh Abdur Ra’uf.
BACA JUGA:WOW! Masjid Megah Ini Kubahnya dari Batu Berlapis Emas, di Dalamnya Ada Makam Sahabat Nabi
Kemunculan Datu Nuraya
Dalam kisah rakyat yang beredar, konon di Pantai Jati, Munggu Karikil dekat Liang Macan, tetangga Desa Tatakan tinggal seorang guru miskin, namun sangat dalam dan tinggi ilmu tasawufnya.
Nama guru itu, Datu Suban.
Karena kemiskinannya, Datu Suban dan istri hanya makan singkong setiap hari.
Pada saat Hari Raya Idul Fitri, Datu Suban kedatangan 13 muridnya, yaitu: Datu Murkat, Datu Taming Karsa, Datu Niang Thalib, Datu Karipis, Datu Ganun, Datu Argih, Datu Ungku, Datu Labai Duliman, Datu Harun, Datu Arsanaya, Datu Rangga, Datu Galuh Diang Bulan dan Datu Sanggul.
Ketika sedang menikmati hidangan yang disediakan tuan rumah, tiba-tiba datang seorang lelaki bertubuh sangat besar.
Serta merta mereka terkejut dan segera mengambil tombak dan parang untuk menghadang orang tersebut.