Sebuah video viral yang menyatakan Lucianty “tidak korupsi” justru memicu masyarakat untuk memeriksa rekam jejaknya, yang kemudian mengungkap keterlibatannya dalam kasus korupsi di masa lalu.
BACA JUGA:Paslon Toha-Rohman Bentuk Tim Khusus Hadapi Debat Kandidat Pilkada Muba 2024
BACA JUGA:LSI Denny JA: Lucianty-Syaparuddin Diambang Bupati Muba
“Pada bulan September-Oktober, hanya 36 persen masyarakat yang mengetahui bahwa Lucianty pernah terpidana kasus korupsi.
Namun, video tersebut membuat informasi ini menjadi lebih luas diketahui,” jelas Anas.
Selain itu adanya Sentimen Negatif Terhadap Kandidat dimana FixPoll mencatat bahwa 80 persen responden memiliki sentimen negatif terhadap kandidat dengan rekam jejak korupsi.
Informasi tentang kasus Lucianty ini memperburuk citra pasangan tersebut dan menyebabkan perpindahan dukungan ke Haji Toha-Rohman.
BACA JUGA:Wujudkan Pilkada Muba 2024 Damai, 6 Pemuka Agama Ajak Masyarakat Doa Bersama
Selain itu sisi efektivitas kampanye lawan dimana pasangan Haji Toha-Rohman berhasil memanfaatkan momen ini dengan memperkuat narasi mereka sebagai pilihan bersih dan amanah, yang resonan dengan mayoritas pemilih.
Dan tren Survei FixPoll dari September hingga November menunjukkan September 2024: Lucianty-Syafaruddin unggul dengan 58 persen sementara Haji Toha-Rohman hanya meraih 32 persen.
Lalu Oktober 2024: Dukungan untuk Lucianty-Syafaruddin turun menjadi 50 persen, sementara Haji Toha-Rohman naik menjadi 38 persen dan November 2024: Haji Toha-Rohman melesat ke 55,1 persen, sementara Lucianty-Syafaruddin turun ke 42,2 persen.
Muhammad Anas menegaskan bahwa perubahan perilaku pemilih ini dipengaruhi oleh dinamika komunikasi politik di lapangan, terutama di era digital di mana informasi mudah diakses.
“Siapa pun kandidat yang mampu menjaga stabilitas dukungan dan memobilisasi pemilih ke TPS pada 27 November, mereka yang akan memenangkan Pilkada Muba,” kata Anas.