Honda

Wabah Penyakit Kolera di Jambi 1909 (Bagian Keempat)

 Wabah Penyakit Kolera di Jambi 1909 (Bagian Keempat)

Oleh Dudy Oskandar

(Jurnalis dan Peminat Sejarah Sumatera Selatan)

 

KASUS penyakit kolera di Jambi sempat terlacak dalam pemberitaan di  surat kabar yang terbit tahun 1909.

Koran Het Nieuws Van Den Dag terbitan 15 Oktober 1909 memberitakan Kolera di Keresidenan Jambi bulan September 1909 telah berhenti di daerah pesisisr, tetapi di pedalaman wabah ini belum bisa dihentikan. Korban meninggal dunia akibat kolera 561 orang.

Dahsyatnya wabah ini terlihat dari lonjakan kasus kolera baru dan jumlah kematiannya yang bergerak cepat. 

Misalnya dalam bulan Juli 1909, ada 138 kasus kolera baru. Sebanyak 65 orang meninggal dunia.

Surat kabar De Locomotive tanggal 6 September 1909 memberitakan kolera dari Jambi semakin jauh menyebar ke hulu dan mengancam wilayah Padangsche Bovenlanden. (Pedalaman Padang).

Surat kabar Het Nieuws Van Den Dag tertanggal 7 Agustus 1909 memuat artikel yang cukup panjang tentang kolera di Jambi.

Judulnya: Epidemi Kolera di Jambi. Artikel ini ditulis dr A.A Hijmans yang berdasarkan pemantauannya tentang wabah kolera di Jambi.

 Ia menyoroti tentang kondisi lingkungan dan gaya hidup masyarakat yang tidak bersih.

Di Muara Tebo, sebuah kampung terletak di tepi sungai. Rumah penduduk bentuknya rumah panggung. Masyarakat mengantungkan kehidupan pada air bersih yang ada di sungai.

Ironisnya, sungai juga jadi tempat menampung limbah. Masyarakat mencuci, mandi dan mengambil air bersih di sungai. Kondisi lingkungan yang tidak sehat ini berdampak pada berjangkitnya kolera.

Padahal kondisi lingkungan yang buruk dan permukiman yang semakin padat adalah lahan subur bagi berkembangnya kuman penyakit kolera. Lain itu, keterbatasan pengetahuan terkait muasal penyakit dan cara terbaik menanganinya membuat kolera makin sulit dibendung.

Penyakit infeksi ini sangat rawan menyebar. Pada awal Juli 1909, kolera sudah masuk ke Muara Tebo.

 Pada tanggal 23 Juli, ia pergi ke beberapa daerah di dekat hilir. Korban kolera berjatuhan. Tugas berat meyakinkan penduduk untuk menjaga kebersihan, termasuk sanitasi. Selain di Muara Tebo, kolera juga menimpa penduduk Muara Bungo, Muara Tembesi, Muara Sabak termasuk Kerinci.

Ada juga Koran Het Nieuws Van Den Deg terbitan 15 Oktober 1909 menulis, kasus kolera mendapat perhatian dari  Dewan Rakyat dan Residen Belanda.

Epidemi kolera di Jambi dan Muara Sabak dinyatakan berakhir namun epidemi ini menimpa wilayah Komering Hilir. 

Jumlah kematian akibat kolera di Jambi mencapai 2200 jiwa. Korbannya menimpa wilayah sepanjang Batanghari, dari Muara Tebo, sepanjang Tembesi ke Bangko. ***

 

Sumber :

1. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/wabah-kolera-di-keresidenan-jambi-1909

2. Yuni Trijayanti. 2021. Wabah Penyakit Kolera Di Keresidenan Jambi 1909-1924. Skripsi, Program Studi Ilmu Sejarah, Jurusan Sejarah, Seni dan Arkeologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi

3. https://sulsel.idntimes.com/life/education/ahmad-hidayat-alsair/rentetan-sejarah-wabah-pada-masa-kolonial-hindia-belanda

4. https://tirto.id/gara-gara-sanitasi-buruk-wabah-kolera-melanda-hindia-belnda-

5. https://jambikota.go.id/new/sejarah-kota-jambi/

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: