Wabah Penyakit Kolera di Jambi 1909 (Bagian Kelima)
Oleh Dudy Oskandar
(Jurnalis dan Peminat Sejarah Sumatera Selatan)
EKSPERIMEN vaksin kolera pertama dilakukan pada tahun 1910 kebijakan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda adalah vaksinasi massal, kemudian data vaksinasi pada tahun 1912 yang hasilnya cukup menggembirakan.
Angka kematian relatif orang yang divaksin nol persen, sementara yang tidak divaksin adalah 53,8 persen.
Upaya pengobatan ini juga harus dibarengi dengan upaya-upaya perbaikan lingkungan tempat tinggal termasuk harus menjaga kebersihan yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari terutama penggunaan air bersih.
Selain itu Pemerintah Hindia Belanda harus mendatangkan dokter atau mantri dari Belanda. Setelah mendapatkan vaksin baru wabah ini berkurang. Hingga tidak ditemukan lagi gejala pada 1924 di Keresidenan Jambi.
Penyebaran wabah penyakit ini memang pada umumnya disebabkan kondisi lingkungan yang tidak sehat, sanitasi drainase yang buruk, serta tingkat imunitas masyarakat sendiri yang rendah sehingga mudah diserang penyakit.
Dalam kasus kolera di Jambi, penyebabnya juga terkait hal ini. Sanitasi di Jambi begitu buruk. Gaya hidup masyarakatnya juga tidak sehat dengan kondisi rumah disepanjang sungai.
Langkah lain dalam penanggulangan kolera di Jambi, diambil sejumlah Diantaranya, mendisinfeksi rumah orang mati secara menyeluruh, memberikan obat kepada orang sakit.
Polisi juga diminta mengawasi agar penanggulangan penyakit kolera ini dapat berjalan baik.
Memantau aktivitas masyarakat termasuk mengawasi pengiriman obat-obatan. Obat-obatan dan bahan-bahan desinfeksi juga dikirim ke hilir. Rumah sakit juga menyediakan layanan khusus bagi penduduk yang terjangkit kolera.
Wabah kolera ini sepertinya hilang sementara di Jambi.
Surat Kabar De Sumatra Post, 9 Februari 1924 memberitakan wabah kolera di Jambi dan Kerinci.
Pada bulan Januari 1924, ada tujuh kasus kolera dan tiga orang meninggal dunia. Inspektur van den B.G.D dari Padang datang untuk melakukan pemeriksaan kasus kolera ini.
Korban diperiksa secara miroscopically dan bakteriologis. Vaksin skala besar diambil dari Padang dibawa ke Jambi.
Sejumlah besar vaksin Institut Pasteur di Bandung juga diberikan. Tindakan ini dilakukan dalam penanggulangan agar kolera tidak menyebar di daerah Jambi lainnya.
Selain itu kolera tetap menjadi masalah global dan terus menjadi tantangan bagi negara-negara yang mengalami masalah akses terhadap air minum yang buruk dan sanitasi.
Penyakit kolera sendiri merupakan penyakit menular di saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakterium Vibrio cholerae. ***
Sumber :
1. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/wabah-kolera-di-keresidenan-jambi-1909
2. Yuni Trijayanti. 2021. Wabah Penyakit Kolera Di Keresidenan Jambi 1909-1924. Skripsi, Program Studi Ilmu Sejarah, Jurusan Sejarah, Seni dan Arkeologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
3. https://sulsel.idntimes.com/life/education/ahmad-hidayat-alsair/rentetan-sejarah-wabah-pada-masa-kolonial-hindia-belanda
4. https://tirto.id/gara-gara-sanitasi-buruk-wabah-kolera-melanda-hindia-belnda-
5. https://jambikota.go.id/new/sejarah-kota-jambi/
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: