Honda

“Srikandi” di Masjidilharam

“Srikandi” di Masjidilharam

PALPRES.COM – Muhammad Rifai bergegas menuju Masjidilharam pada Sabtu (25/6) pagi. Rusidah, istrinya, baru saja menelepon. Dia mengabarkan asmanya kambuh. Rusidah bingung karena sendirian. Teman-teman yang berangkat bersamanya tengah melaksanakan tawaf.

Dari hotel tempatnya menginap di kawasan Mahbas Jin, Rifai menumpang bus salawat. Ada sedikit keraguan karena dia seorang diri. ”Tapi, saya dibantu petugas,” kata jemaah haji asal Jember, Jawa Timur, itu. ”Alhamdulillah bisa sampai sini (Masjilharam),” imbuhnya.

Tidak mudah bagi Rifai bertemu Rusidah di Masjidilharam. Sudah mencoba video call untuk mengetahui lokasinya, tetap saja tidak ketemu. Hingga akhirnya dia bertemu dengan petugas haji Indonesia dan meminta bantuan. ”Akhirnya ketemu, alhamdulillah,” ucapnya.

Rifai mengakui keberadaan petugas haji Indonesia sangat membantu jemaah yang kebingungan lantaran terpisah dari rombongan. Atau, mereka yang tidak tahu ke arah mana harus berjalan menuju terminal bus salawat. Juga, memberikan pertolongan pertama kepada jemaah yang sakit.

Srikandi Sektor Khusus

Di Masjidilharam, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja Makkah membentuk tim yang tergabung dalam sektor khusus. Mereka dibagi dalam beberapa pos. Khusus di bagian dalam, tepatnya di area mataf dan massa, ditempatkan petugas perempuan.

Kebijakan Pemerintah Arab Saudi, hanya jemaah laki-laki berihram yang boleh berada di area tawaf dan sa’i di lantai dasar masjid. Karena itu, Sektor Khusus Masjidilharam menugaskan personel perempuan. Sebab, petugas haji Indonesia harus mengenakan seragam berupa kemeja putih dan rompi hitam plus kartu identitas agar mudah dikenali jemaah.

Nah, lantaran seluruhnya perempuan, petugas sektor khusus di area dalam itu dikenal dengan sebutan Srikandi. Jumlahnya 18 orang yang terbagi dalam dua sif. Yakni, pukul 09.00 hingga 21.00 dan 21.00 hingga 09.00. Mereka antara lain terdiri atas personel TNI, Polri, dan tenaga kesehatan.

Apapun keluhan jemaah di dalam masjid akan mereka tangani. ”Misalnya, jemaah kesulitan untuk mencari pintu keluar di masjid, kami kita akan arahkan,” tutur Uning Haryani, salah seorang personel Srikandi.

Apalagi, setelah ada Masjid Abdullah yang merupakan perluasan Masjidilharam, jumlah pintu bertambah banyak. Total kini berjumlah 144 pintu.

Selain itu, kata Uning, petugas sektor khusus membantu jemaah yang kesulitan mencari akses menuju terminal bus salawat untuk kembali ke hotel. ”Ada juga jemaah yang pingsan, linglung, tidak tahu harus ke mana karena terpisah dari rombongan. Itu yang sering kami temui di lapangan,” ungkap personel dari Polri berpangkat AKP (ajun komisaris polisi) itu.

Menurut Uning, malam menjadi waktu yang ramai jemaah. Biasanya jemaah melakukan tawaf dilanjutkan dengan itikaf hingga Subuh. Selain itu, waktu dari Asar hingga Isya juga penuh dengan jemaah.

Apa kendala di lapangan? Uning menuturkan, salah satunya adalah bahasa. Ada sebagian jemaah yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Selain itu, jika harus berkomunikasi dengan petugas lokal. ”Namun, selama ini bisa kami atasi karena Srikandi bergabung dengan temus (tenaga musiman) atau mahasiswa yang mendampingi untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab,” terang dia. Selain itu, ada tim kesehatan yang mendampingi jika ada jemaah yang membutuhkan pertolongan medis.

Umi Thohiroh, Srikandi Sektor Khusus Masjidilharam, menambahkan, setiap jemaah yang terpisah dari rombongannya jangan panik. Mereka cukup menghampiri petugas sektor khusus. “Untuk yang tersesat atau tertinggal dari rombongannya untuk tidak malu-malu dan menghampiri kami,” katanya. JPC

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: