2022, Dampak Perang Rusia-Ukraina terhadap Ekonomi Indonesia
Ilustrasi perang Ukraina. --
Penulis: Anggun Permata Sari (Mahasiswa Politik Islam, Angkatan 2018 UIN Raden Fatah Palembang, email: [email protected])
Sejak Februari 2022 mengakibatkan instabilitas di sektor ekonomi, bahkan memicu kenaikan harga sejumlah komoditas, dampak tersebut tidak hanya dirasakan di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.
Rusia memulai invasinya terhadap Ukraina. Hal ini langsung direspons dengan kenaikan harga minyak dunia ke level di atas USD100 perbarel, tertinggi sejak 2014.
Peningkatan harga minyak dunia ini karena Rusia merupakan salah satu negara terbesar yang memasok kebutuhan minyak dunia, yakni sebesar 10%.
BACA JUGA:Jembatan Simbol Pencaplokan Krimea oleh Rusia Dihantam Ledakan
Tidak hanya harga minyak, konflik ini juga menyebabkan kenaikan harga gandum di mana harga gandum berjangka naik sekitar 5,35% menjadi USD9,84 per gantang, harga tertinggi sejak tahun 2008.
Rusia dan Ukraina juga merupakan pemain utama dalam ekspor gandum global Peningkatan harga komoditas akibat konflik antara Rusia dengan Ukraina akan memberikan pengaruh terhadap perekonomian global, di mana pertumbuhan ekonomi global akan tertahan karena adanya kenaikan harga komoditas, khususnya minyak bumi dan hasil olahan industri pertambangan.
Konflik ini juga akan menghambat distribusi bahan baku pangan ke seluruh dunia. Ditambah lagi adanya kemungkinan sanksi pelarangan terhadap komoditas Rusia juga akan membuat harga komoditas semakin mahal.
Selanjutnya kenaikan harga energi dan pangan ini akan meningkatkan inflasi global sehingga akan mengganggu pemulihan ekonomi global, termasuk Amerika Serikat.
BACA JUGA:Rusia Berduka, Presiden Terakhir Uni Soviet Mikhail Gorbachev Berpulang
Sanksi ekonomi yang diberikan oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain terhadap Rusia juga berpotensi mengganggu pasar finansial.
Hal ini akan berimbas pada skenario The Fed dalam menaikkan tingkat suku bunga yang berimbas pada perekonomian global.
Berbagai negara, khususnya negara berkembang akan menghadapi ancaman nilai tukar, fluktuasi indeks harga saham gabungan atau IHSG, dan peningkatan inflasi akibat adanya syok dari pasar komoditas.
Indonesia sebagai komunitas ekonomi global tentu akan sangat terpengaruh akibat konflik ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: