Honda

Jembatan Ampera, Simbol Kebangkitan Indonesia Setelah Kemerdekaan

Jembatan Ampera, Simbol Kebangkitan Indonesia Setelah Kemerdekaan

PALEMBANG, PALPRES.COM - Jembatan Ampera merupakan bangunan bersejarah yang diyakini sebagai simbol kebangkitan Indonesia setelah kemerdekaan.

Jembatan ini mempunyai nilai sejarah yang sangat tinggi bagi masyarakat Kota Palembang baik dari aspek arsitekturnya maupun peran dari jembatan tersebut.

Selain itu, Jembatan Ampera juga memberi semangat, dan mengingatkan bahwa di pundak para pemimpin ada beban penderitaan yang dialami oleh rakyat.

Oleh sebab itulah, nama Jembatan Ampera diberi nama Jembatan Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera).

BACA JUGA:Pemasangan Lift Jembatan Ampera Merusak Landmark Kota Palembang

Saat ini, Jembatan Ampera telah menjadi lambang kota Palembang, yang membelah sungai Musi dan menghubungkan daerah Seberang Ulu dan seberang Ilir.

Dari atas jembatan, terlihat jelas Benteng Kuto Besak yang masih berdiri kokoh. Untuk itulah, belum lengkap jika ke Palembang belum menyaksikan keindahan Jembatan Ampera.

Apalagi pada malam hari, pemandangan Jembatan Ampera semakin indah dan sedap untuk dipandang mata. Dengan kilau gemerlap lampu-lampu menghiasi Jembatan Ampera. Tentunya memberikan kesan cantik dan elegan pada iconnya Kota Palembang tersebut.

Dan pada tahun 2020, Jembatan Ampera dianugerahi penghargaan sebagai Destinasi Wisata Terfavorit di Indonesia.

BACA JUGA:Pemasangan Lift Ampera, Pemerhati Sejarah dan Stakeholder Harus Duduk Bersama

Nama Jembatan Ampera belakangan ini kembali menjadi buah bibir, setelah adanya rencana Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Satuan Kerja (Satker) Pekerjaan Jalan (PJN 3) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yang akan memasang tangga otomatis atau lift di Jembatan Ampera.

Untuk itulah, sangat disayangkan jika bangunan bersejarah ini akan ditambah beban dengan dilakukan pemasangan lift, karena dinilai akan merusak keaslian struktur, arsitektur dan citra sebagai bangunan landmark kota Palembang.

Dikutip palpres.com dari binamarga.pu.go.id, sebelum ada jembatan, untuk berpergian dari Ulu ke Ilir penyeberangan dilayani menggunakan  jasa penyeberangan (veerpont) dan aktivitasnya sudah menjadi keluh kesah masyarakat pada saat itu.

Kepentingan pembangunan jembatan di Sungai Musi ini menjadi perhatian Bung Karno sebagai presiden pada saat itu yang kemudian menyetujui pembangunannya dengan menggunakan biaya pampasan perang Jepang.

BACA JUGA: Proyek Jembatan Ampera Banyak Gusur Bangunan Peninggalan Belanda

Jembatan ini kemudian mulai dibangun pada tahun 1962 dan diresmikan pada tahun 1965. Jembatan ini menjadi jembatan pertama yang terpanjang dan modern di Indonesia dan di Asia Tenggara pada saat itu.

Pada tahun 1965, jembatan ini diberi nama jembatan Soekarno. Setelah terjadinya pergolakan politik pada tahun 1966, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera. Secara teknis Jembatan Ampera memiliki Panjang 1100 m  dengan jenis jembatan gelagar komposit.

Jembatan ini memiliki panjang bentang utama sepanjang 354 m dengan lebar jembatan 22 m.

Pada saat itu, pemerintah menunjuk Fuji Mobil Manufacturing Co., Ltd sebagai pembuat desain dan konstruksi.

BACA JUGA:Rencana Lift Jembatan Ampera, Tim Ahli: Tak Ada Kajian Akademis!

Rancang bangun pada bagian tengah bisa terangkat untuk memudahkan kapal besar berukuran 60 meter, tinggi maksimum 44,50 meter lewat hilir mudik mengarungi. Kontruksi jembatan menerapkan sistem hidrolik.

Pengoperasian naik turun jembatan, dibantu petugas jaga dan dua pemberat yang terletak di bagian sisi kiri dan kanan.

Bobot bandul ini, beratnya masing-masing 500 ton. Pergerakan turun naik bentangan jembatan terbuka secara penuh, membutuhkan kecepatan 10 meter per menit (atau butuh 30 menit).

Sementara dalam keadaan normal jika jembatan membentang, tinggi kapal maksimum yang bisa melewati Jembatan Ampera cuma 9 meter dari permukaan air sungai.

BACA JUGA:Begini Komentar Presiden Jokowi tentang Jembatan Ampera

Namun, tahun 1970 bagian tengah Jembatan Ampera tak lagi bisa seperti dulu. Butuh waktu lama jembatan terbuka dan mengganggu arus lalu lintas di atasnya.

Faktor lain, sudah tidak ada kapal-kapal berbobot besar lewat hilir mudik di bawah jembatan. Tahun 1990, kedua bandul yang terletak di menara Jembatan Ampera diturunkan dengan alasan faktor keamanan.

Fakta lain mengungkapakan bahwa Jembatan Ampera, tiga kali berganti warna.

Pada awalnya berwarna abu-abu, pada tahun 1992 warna kuning dan tahun 2002 hingga hari ini berwarna merah. Jembatan nan cantik ini juga pernah diremajakan. Pada tahun 1981, direnovasi untuk memperkokoh bentangan jembatan.

BACA JUGA:Kata Dinas PUBMTR, Pemasangan Lift Tidak Akan Membahayakan Jembatan Ampera

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: