RDPS
Honda

Ternyata Sastra Lisan Sudah Ada Sebelum Masa Pra Aksara

Ternyata Sastra Lisan Sudah Ada Sebelum Masa Pra Aksara

Budayawan Sumsel, Vebri Al-Lintani-Foto: Firyansyah-Palpres.Com

PALEMBANG, PALPRES.COM – Sastra lisan atau sastra tutur merupakan bagian dari tradisi lisan yang diwariskan secara turun menurun oleh nenek moyang dan sudah ada sebelum masa pra aksara.

“Artinya sastra yang disampaikan dari mulut ke mulut. Sastra lisan ini sudah ada, sejak orang belum mengenal huruf, karena dahulu orang menggunakan lisan untuk berkomunikasi. Sekarang, sastra lisan ini berkembang sedikit menjadi sastra tulis yang dicatat,” kata Budayawan Sumsel, Vebri Al-Lintani kepada Palpres.com, Rabu 7 Desember 2022.

Dia menuturkan, biasanya setiap daerah memiliki sastra lisan yang harus dijaga, salah satunya satra lisan Sumatera Selatan. Sebab, sastra lisan merupakan salah satu bagian budaya yang dipelihara oleh masyarakat dan harus dilestarikan karena pada sastra lisan terdapat nilai-nilai kebudayaan masyarakat.

“Oleh sebab itulah, sastra lisan ini harus diketahui dan diwariskan kembali kepada generasi kita khususnya anak muda. Sehingga mereka dapat mengamalkannya karena sastra lisan ini tak kalah hebatnya dengan sastra modern sekarang,” jelasnya.

BACA JUGA:Warga Setia Menunggu Upacara Pelepasan Wakil Wali Kota Pagar Alam, Alfian Maskoni Jadi Irup

Untuk itulah, dirinya mengajak masyarakat Sumsel khusunya kepada generasi millennial untuk ikut melestarikan sastra lisan yang diwariskan oleh leluhur terdahulu dan menerapkannya sebagai media belajar.

“Kita berharap semua masyarakat Sumsel bisa menggunakan sastra lisan dan menerapkannya sebagai media belajar,” harapnya.

Dalam kesempatan tersebut Vebri menjelaskan mengenai keberadaan 3 sastra lisan di Sumsel. Salah satunya sastra lisan Tadut dari Pagaralam yang digunakan sebagai media pelajaran atau pendidikan agama Islam di tengah masyarakat Suku Besemah.

Dia menambahkan, kata tadut dari kata dalam bahasa Arab jadidun berarti “baru”. Lalu menjadi tadut dalam dialek Besemah yang berarti pembaharuan. Maksud dari pembaharuan adalah pembaharuan terhadap kepercayaan lama yang ada dengan kepercayaan baru.

BACA JUGA:Alfian Maskoni Menangis Saat Upacara Kedinasan Wakil Wali Kota Pagar Alam, Saya Bersaksi Dia Orang Baik!

Hal ini disebabkan oleh masuknya ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam di daerah Besemah. Tadut merupakan jenis puisi yang dipergunakan untuk menyampaikan ajaran agama Islam pada saat Islam berkembang cukup pesat di daerah Pagaralam.

Penutur tadut biasanya adalah seorang laki-laki yang pemahaman terhadap ajaran agama Islam cukup tinggi. Dengan kata lain, penutur tadut adalah pemegang kitab kuning atau perukunan (Melayu).

Karena isi tadut kebanyakan adalah ajaran agama, penuturan tadut biasanya dituturkan pada malam hari di dalam kelompok pengajian tradisional atau yang disebut bepu’um. Kebanyakan anggota pengajian tradisional adalah orang-orang lanjut usia.

“Selanjutnya nenggung Palembang, digunakan untuk meninabobokan bayi dan anak. Dan terakhir incang-incang yang digunakan sebagai media berkomunikasi melalui pantun atau syair oleh masyarakat suku Pedamaran,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: