Honda

Mengenal 3 Tradisi Kesultanan Palembang yang Wajib Di lestarikan

Mengenal 3 Tradisi Kesultanan Palembang yang Wajib Di lestarikan

Tradisi Ngobeng merupakan sebuah tradisi warisan Kesultanan Palembang Darussalam yang memiliki nilai flosofis yang tinggi kini terhempas oleh akulturasi budaya.-Alhadi Farid-palpres.com

Hingga sekarang Denda tepung tawar masih digunakan oleh masyarakat di Palembang dalam menyelesaikan perselisihan, hal ini bahkan diangkat menjadi peraturan oleh Kapolri yaitu Perkap Nomor 3 tahun 2015 tentang Pemolisian masyarakat.

Selain untuk tolak bala, tradisi tepung tawar biasa diadakan pada acara pernikahan dan perdamaian.

Dalam pelaksanaannya tidak melibatkan tepung, tetapi sepiring besar ketan kunyit dan ayam panggang.


BACA JUGA:Pempek Palembang Menuju Warisan Budaya Dunia

3. Rebo Kasan

Rebo Kasan merupakan adat istiadat dan tradisi Palembang Darussalam yang perlu dilestarikan dalam berbagai bentuk.

Tujuannya agar generasi muda dapat mengenal, mempelajari sekaligus menjaga keselestariannya agar tidak punah.

Rebo kasan ini merupakan rangkaian tradisi dan ibadah yang dilaksanakan pada Setiap Rabu Akhir di bulan Safar.

BACA JUGA:Rebo Kasan, Tradisi Makan di Tepian Sungai

Tradisi Rebo Kasan diawali dengan Salat Sunnah Safar selanjutnya mandi di Sungai Musi, bekelah atau sedekah makanan dan diakhiri dengan makan bersama.

Salat Sunnah Safar hingga saat ini masih dilakukan di perkampungan tertentu, terutama di masjid berusia tua seperti masjid Jamik Sei Lumpur di Sungai Lumpur 11 Ulu, Masjid Islah di Kampung Kelurahan 14 Ulu.

Kemudian Musala Suka Damai di Lorong Tuan Kapar 14 Ulu, Langgar Sukalillah di Kelurahan 16 Ulu, Musala Sabilillah dan Musala Damai di Kelurahan 9-10 Ulu Palembang.

Salat Sunnah Safar merupakan salat sunat mutlak yang dilakukan sebanyak empat rakaat.

BACA JUGA:Menilik Pesona Jembatan Ampera, Jadi Pintu Gerbang Destinasi Sungai Musi dan Pulau Kemaro

Bacaan dalam tiap rakaatnya yakni Alfatiha, Al-Kautsar 17 kali, Al Ikhlas 5 kali, Al Falaq dan Surat An Naas sebanyak satu kali. Begitulah bacaan pada setiap rakaat pertama sampai rakaat keempat.

Setelah itu, makan bersama sebagai wujud syukur serta mempererat silaturahmi dengan sanak keluarga dan handai taulan.

Selama acara makan bersama, mereka juga ada yang memainkan alat musik yang dimainkan oleh kaum perempuan seperti harmonika, gambus, gendang, genggong, rebana, biola dan lain lain.

Makan bersama biasanya dilakukan di tempat sunyi atau hutan kecil yang tidak jauh dari tepian Sungai Musi, Sungai Ogan maupun anak sungai yang berada di Kota Palembang.

BACA JUGA:7 Destinasi Wisata Sungai di Indonesia yang Menarik Dijelajahi, Ada Sungai Musi Palembang Lho!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: