Red Raflesia, Fenomena Batu Akik Bengkulu yang Paling Banyak Diburu
Batu akik Red Raflesia Bengkulu yang banyak diburu oleh para kolektor--
LUBUKLINGGAU, PALPRES.COM- Deman batu akik sempat mewabah di seantero Indonesia, tidak perduli umur, jabatan, status sosial atau tingginya tingkat pendidikan, kegilaan terhadap batu akik benar-benar menjadi cacatan sejarah tersendiri bagi pecinta batu akik.
Sekitar tahun 2014, booming batu akik baru dimulai, ribuan penjual batu akik dan pengasah batu akik bermunculan dimana-mana, saat itu batu akik tidak hanya dipasarkan di etalase-etalase pinggiran toko, tapi sudah merambah penjualan secara online dengan cara memanfaatkan media sosial.
Harga batu akik pun sempat menggila, tidak ada batasan pasti penjualan batu akik, landasan jual beli hanya atas dasar suka sama suka antara pembeli serta penjual, hingga wajar saja batu akik saat itu bisa menembus harga hingga puluhan juta rupiah.
Dilansir dari plat form online, salah satu jenis batu akik yang sangat mahsyur dari dulu hingga kini adalah batu Red Raflesia Bengkulu, jenis batu akik ini sempat menjadi buah bibir pecinta batu akik, serta buruan para kolektor yang ingin menikmati warna merah khas Raflesia.
BACA JUGA:5 Negara Mayoritas Islam yang Awalnya Miskin Kini Jadi Maju, Nomor 5 Negara Muslim Terbesar
Batu jenis chalcedony awalnya dikenal dengan nama batu akik cempaka, tapi seiring berjalannya waktu kini dikenal dengan sebutan Red Raflesia.
Selain batu akik warna merah, juga didapati dari bumi Bengkulu batu akik bewarna kuning, putih dan orange, semua jenis batu tersebut dapat menimbulkan effeck garis tegas di tengahnya "cat eyes" sesuai dengan kualitas bahan batu akik dan kepintaran pengasah batu akik.
Varian batu akik Raflesia Bengkulu ini memiliki sebutan yang beragam dari penduduk setempat, ada yang menamai cempaka untuk batu kalsedon yang berwarna merah, sedangkan untuk batu chalcedony berwarna orange disebut penduduk setempat dengan nama limau manis, kemudian untuk kalsedon berwarna kuning disebut sunkis, terakhir kalsedon yang berwarna bening dinamakan kinyang air, dan diantara jenis batu akik tersebut Red Raflesia menduduki peringat pertama dari harganya.
Adapun tempat penghasil bahan bahan Batu Akik Raflesia Bengkulu ini, tersebar di wilayah Provinsi Bengkulu dari wilayah selatan hingga wilayah utara, batu dengan kekerasan skala 6 sampai 7 pada skala mohs ini, memiliki tekstur yang berbeda dengan bahan bahan chalcedony lain yang ditemukan di Indonesia pada umumnya.
BACA JUGA:Deretan Tanaman Keladi Termahal di Indonesia, Harganya Bikin Meringis
Daging batu yang berserat lurus, lazim dinamakan serat sulaiman atau sulaiman fiber, dan erat inilah yang memunculkan fenomena cat eye atau mata kucing, fenomena cat eye biasanya didapat pada batu jenis rafflesia chalcedony melalui teknik pemotongan bahan.
Selain fenomena cat eye ada juga ditentukan fenomena luster atau klep air yang istilah masyarakat adalah koclak air serta fenomena tapak jalak dan fenomena inilah yang menjadi ciri tersendiri bagi batuan yang disebut rafflesia calcedony.
Dengan balutan kulit kapur putih tebal membuat warna asli batu akan tenggelam di dalam selimut berwarna putih. Perlu pemotongan dahulu pada bagian ujung bahan agar dapat mengetahui kategori warna sesungguhnya.
Batu Akik Raflesia Bengkulu saat ini masih menjadi incaran banyak pecinta batu akik di Indonesia, varian ini mampu mengeluarkan fenomena mata kucing, fenomena tapak jalak, fenomena luster atau klep air. Inilah kelebihan-kelebihan Batu Raflesia Bengkulu di tangan para seniman gosok dan poles batu akik, serat sulaiman memang menjadi ciri khas dari batu indah bumi raflesia ini.
BACA JUGA:Kisah Nu'aiman, Sahabat Nabi yang Suka Mabuk Tapi Masuk Surga Sambil Tersenyum
Semoga kehadiran Batu Raflesia Bengkulu mampu memberikan nuansa baru di dunia perbatuan nusantara dan bagi para pecinta batu akik, batu raflesia Bengkulu yang kaya akan warna ini akan semakin menambah gairah dan perkembangan seni batu di tanah air. (frs)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: