Honda

Salamah bin Al-Akwa, Sahabat yang Memimpin Pasukan Infanteri Islam

Salamah bin Al-Akwa, Sahabat yang Memimpin Pasukan Infanteri Islam

Kisah sahabat Salamah bin Al-Akwa --

LUBUKLINGGAU, PALPRES.COM- Salamah bin Al-Akwa adalah salah seorang pemanah bangsa Arab yang terkenal, juga terbilang tokoh yang berani, dermawan dan gemar berbuat kebajikan, dia termasuk pula salah satu tokoh Baiatur Ridwan.

Pada tahun 6 H, Rasulullah SAW bersama para sahabat berangkat dari Madinah dengan maksud hendak berziarah ke Ka’bah, tetapi dihalangi oleh orang-orang Quraisy, maka Rasulullah mengutus Utsman bin Affan untuk menyampaikan kepada mereka bahwa tujuan kunjungannya hanyalah untuk berziarah dan sekali-kali bukan untuk berperang.

Sementara menunggu kembalinya Utsman, tersiar berita bahwa ia telah dibunuh oleh orang-orang Quraisy, lalu Rasulullah SAW duduk di bawah naungan sebatang pohon menerima baiat sehidup semati dari sahabatnya seorang demi seorang.

"Aku mengangkat baiat kepada Rasulullah di bawah pohon, dengan pernyataan menyerahkan jiwa ragaku untuk Islam, lalu aku mundur dari tempat itu," tutur Salamah.

BACA JUGA:5 Penyebab dan Cara Merawat Daun Tanaman Hias Mostera Menguning, Pertama Jangan Panik, Kedua Ini Perawatannya

"Tatkala mereka tidak banyak lagi, Rasulullah bertanya, 'Hai Salamah, kenapa kamu tidak ikut baiat?"

"Aku telah baiat, wahai Rasulullah," jawabku, "Ulanglah kembali!" titah Nabi, "Maka kuucapkanlah baiat itu kembali."

Dan Salamah telah memenuhi isi baiat itu sebaik-baiknya, bahkan sebelum diikrarkannya, yakni semenjak mengucapkan "Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah", maksud baiat itu telah dilaksanakan.

"Aku berperang bersama Rasulullah sebanyak tujuh kali, dan bersama Zaid bin Haritsah sebanyak sembilan kali!" kata Salamah.

BACA JUGA:Bansos PKH Tahap 4 Cair Oktober 2023, Dapat Berapa? Ini Total Nominalnya

Salamah terkenal sebagai tokoh paling mahir dalam peperangan jalan kaki (infanteri), dan dalam memanah serta melemparkan tombak dan lembing, siasat yang dijalankannya serupa dengan perang gerilya yang kita jumpai sekarang ini, jika musuh datang menyerang, ia menarik pasukannya mundur ke belakang, tetapi bila mereka kembali untuk berhenti atau istirahat, maka diserangnya mereka tanpa ampun.

Dengan siasat seperti ini ia mampu seorang diri menghalau tentara yang menyerang luar Kota Madinah di bawah pimpinan Uyainah bin Hishan Al-Fizari dalam suatu peperangan yang disebut Perang Dzi Qarad, dia pergi membuntuti mereka seorang diri, lalu memerangi dan menghalau mereka dari Madinah, hingga akhirnya datanglah Nabi membawa balatentara yang terdiri dari sahabat-sahabatnya. (frs) 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: