Virus Baru Serang Jepang, 77 Orang Dilaporkan Meninggal Dunia
Ilustrasi virus baru yang menyerang Jepang dan menyebabkan banyak korban meninggal dunia-pixabay-
BACA JUGA:Lowongan Kerja Anak Perusahaan BUMN PT Putra Wijayakusuma Sakti untuk Lulusan SMA SMK Sederajat
Necrotizing Fasciitis memerlukan pembedahan darutat serta bisa menyebabkan kematian apabila tidak segera ditangani.
Umumnya, penyakit ini ditularkan pada anak-anak usia sekolah sehingga menyebabkan nyeri, ruam, pembengkakan dan radang tenggorokan.
Ahli dari University of Vanderblit Prof William Schaffner menyebutkan bahwa GAS bisa dengan mudah ditularkan melalui kontak dekat dan dapat menyebar tanpa adanya gejala.
Menurutnya, sebagian besar kematian terjadi dalam waktu 48 jam pertama, dimana angka kematian pada tahun 2023 mencapai 97 kasus.
BACA JUGA:WADUH! BBM Terindikasi Naik Pada 1 Juli, Imbas Dari Rupiah Yang Semakin Melemah
Sayangnya, para ahli belum menemukan secara pasti penyebab lonjakan infeksi GAS di Jepang, akan tetapi teori yang diajukan mencakup peningkatan sejumlah jenis infeksi di era pasca pandemi.
William menjelaskan, bahwa penurunan infeksi saluran pernafasan sebelum pandemi mungkin berkontribusi dalam peningkatan kasus strep setelah pembatasan dilonggarkan.
Banyak negara telah mencatat peningkatan penyakit streptokokus Grup A invasif, termasuk Australia, Amerika Serikat serta negara-negara di Eropa.
Lonjakan ini sendiri merupakan bagian dari peningkatan infeksi Strep A secara keseluruhan.
BACA JUGA:Inilah Bacaan Ajian Qulhu Geni dan Qulhu Sungsang Sunan Ampel, Raja Jin Tanah Jawa Sampai Tunduk
Terkadang, infeksi ini menyebabkan radang tenggorokan dan infeksi kulit, tapi dapat pula memicu infeksi invasif seperti pneumonia dan STSS.
STSS merupakan penyakit Strep A yang paling parah, yang sebagian besar menyerang anak-anak dan orang tua, serta bisa menyerang pada semua usia.
Ibu hamil dan orang yang baru melahirkan juga mungkin berisiko lebih tinggi, dimana STSS bisa mengancam jiwa dalam hitungan jam serta mempunyai angka kematian yang tinggi.
Bahkan, tanda dan gejala awal STSS bisa tumpang tindih dengan penyakit virus pada umumnya, terutama pada anak-anak sehingga sulit untuk dilakukan diagnosis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: