Imbas Naiknya harga BBM, Berharap Harga Jual Rumah Subsidi Ada Peningkatkan 7 Persen
Ketua DPD REI Provinsi Sumsel, Zewwy Salim. -Dok Palpres-palpres.com
PALEMBANG, PALPRES.COM - Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) berimplikasi pada naiknya kebutuhan bahan pokok lainnya.
Termasuk kebutuhan material untuk pembangunan perumahan.
Dan ini pada akhirnya memaksa Dewan Perwakilan Daerah Real Estate Indonesia (DPD REI), Provinsi Sumatera Selatan berinisiatif meminta kepada pemerintah, agar nilai jual rumah subsidi meningkat sebesar 7 persen.
Hal ini disampaikan Ketua DPD REI Provinsi Sumsel, Zewwy Salim, kepada wartawan kemarin.
BACA JUGA:Perumahan KPR Menjadi Kawasan Kampung Tertib Berlalu Lintas
Lebih lanjut Zewwy mengatakan, peningkatkan harga rumah bukan hanya merangkaknya harga bahan bangunan.
Namun, sejauh ini rumah subsidi memang belum pernah mengalami peningkatan sejak 2 tahun terakhir ini.
“Jadi sebelum meningkatkan BBM, usaha property juga sudah mengalami kenaikkan pajak PPN dari 10 persen ke-11 persen,” ujarnya.
Dan juga kenaikkan material sangat berdampak.
BACA JUGA:Dinas Perkimtan Ogan Ilir Verifikasi Perumahan Tanpa Fasum dan Fasos
Belum lagi ditambah meningkatnya BBM.
“Jadi otomatis harga material dan kebutuhan untuk membangun rumah otomatis naik.
Dan kita juga sudah menyuarakan agar penyesuaian harga, terutama harga rumah RSH.
Dimana hampir 2 tahun tidak tidak pernah mengalami kenaikkan harga.
BACA JUGA:Optimalkan Program Perumahan Perlu Adanya Sinergisitas
Dari Rp 150.500.000, kita harapkan dapat naik sekiar 7 persen dari harga tersebut,” ujar Zewwy.
DPD REI berharap pemerintah bisa mendengar dan menyesuaikan harga yang ada saat ini.
“Karena dengan adanya kenaikkan harga kebutuhan harga rumah RSH senilai Rp 150.500.000,- sudah tidak dianggap relevan lagi.
Karena bukan hanya mengurangi profit namun pengusaha perumahan dapat mengalami kerugian,” ujarnya.
BACA JUGA:Duh! Kebun Kopi Semakin Berkurang, Lahan Berubah Jadi Perumahan
DPD REI juga meyakini dengan kenaikkan harga rumah sebesar 7 persen dari harga semula, permintaan -demand- atau permintaan pasar akan tetap tinggi.
Dan sejauh ini memang untuk RSH, demand paling tinggi.
“Bahkan sekitar 80 persen permintaan adalah rumah subsidi RSH,” kata dia.
DPD REI juga yakin tidak akan mempengaruhi permintaan.
BACA JUGA:Warga Perumahan Sukabangun Indah Keluhkan Tegangan Listrik Naik Turun
Pada tahun ini 2022, pada kuartal pertama DPD REI menilai penjualan rumah RSH cukup baik.
Sedangkan pada kuartal kedua sangat bagus.
Sedangkan pada kuartal ketiga DPD REI optimis, target 15 ribu unit rumah akan segera tercapai.
“Per 9 September 2022, kami mencatat ada 9 ribu unit yang sudah terealisasi angka kredit,” ujarnya.
BACA JUGA: Pemkab OKU Timur Kembali Lakukan Bedah Rumah, Sasar Warga Tak Mampu
“Kita berharap tahun 2022, akan menjadi rebound untuk usaha perumahan.
Sementara itu, titik rumah MBR lebih mendominasi pada titik perbatasan wilayah.
Seperti daerah Talang Kelapa, Talang Jambi, Sematang Borang dan sebagian Jakabaring, mendominasi,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: palpres.com