Honda

Bedah Buku Aldera: :Ulas Sejarah Gerakan Politik Pemuda 1993-1999, Saya Disetrum, Dipukul dan Diancam!

Bedah Buku Aldera: :Ulas Sejarah Gerakan Politik Pemuda 1993-1999, Saya Disetrum, Dipukul dan Diancam!

Penulis buku Aldera Dr Pius Lustrilanang, SIP., CFRA., CSFA, MCL saat menjelaskan isi buku Aldera di hadapan mahasiswa pada kegiatan kuliah umum dan bedah buku di kampus Unsri, Kamis 26 Januari 2023.-Foto: Alhadi Farid/palpres.com-Palpres.com

PALEMBANG, PALPRES.COM – Kuliah Umum dan bedah buku Aldera mendapat antusias cukup tinggi dari mahasiswa Universitas Sriwijaya, Kamis 26 Januari 2023.

Buku Aldera yang ditulis anggota VI BPK RI, Dr Pius Lustrilanang, SIP., CFRA., CSFA, MCL mengulas sejarah gerakan polik pemuda di era 1993-1999.

Di dalam bedah buku Aldera ini menghadirkan Wakil Gubernur Sumsel Mawardi Yahya dan sejumlah narasumber seperti Prof. Dr Bernadetter Robiani, M.Sc dan DR Mada Apriandi, SH., MCL yang merupakan Wakil Dekan 1 Fakultas Hukum.

Dr Pius mengaku keinginan menulis buku Aldera dilatarbelakangi karena sepinya pemberitaan terhadap gerakan ini.

BACA JUGA:Kisruh Penerimaan PPPK Nakes, DPRD Kota Prabumulih Panggil Intansi Terkait, Hasilnya Sangat Mengejutkan

Padahal, keterlibatan Aldera dalam memperjuangkan reformasi di era orde baru sangat besar.

“Orang yang terlibat di dalam Aldera harus menulis sejarahnya agar generasi yang akan datang bisa tahu jika pemuda dan mahasiswa menghabiskan masa mudanya untuk fokus memperjuangkan demokratisasi di Indonesia,” ujar Dr Pius.

Dia bercerita, di era tahun 1990an banyak sekali kebijakan yang diktator. Mahasiswa yang akan mensuarakan kerap kali mengalami intimidasi hingga kekerasan.

“Waktu itu saya demo menjelang sidang umum pada tahun 1993. Baru sampai di gerbang saya digebuki hingga ada 36 luka memar,” kenangnya.

BACA JUGA:DPMPTSP Lahat Beri Waktu 3 Hari ke Perusahaan Rokok Agar Bayar Pajak, Jika Tidak Sanksi Ini Menanti

Kemudian 27 Juli 1996, sambung dia, PDI diduduki segerombolan orang. Megawati yang saat itu menang kongres dibatalkan dan diambil oleh oleh orde baru.

“Sehingga memicu kemarahan dan Aldera terlibat di dalamnya membuat militansi kader PDI semakin kuat,” ujarnya.

Satu tahun kemudian tepat 1997, ada 3 surat kabar yang dibredel pemerintah yakni Tempo, Editor dan Detik.

Aksi ini menimbulkan kemarahan dan membuat gerakan oposisi semakin menguat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: