Banner Honda PCX

Efek Berganda Hulu Migas: Kisah Sukses Kegigihan Mbak Kalim dari Dapur Keripik Tempe ke Menu Omprengan MBG

Efek Berganda Hulu Migas: Kisah Sukses Kegigihan Mbak Kalim dari Dapur Keripik Tempe ke Menu Omprengan MBG

Camilan keripik tempe Mbak Kalim sukses jadi makanan favorit penerima manfaat MBG, dan salah satu produk oleh-oleh UMKM dari Desa Giriyoso binaan Medco E&P Indonesia.--

MUSI RAWAS, PALPRES.COM- Kolaborasi pemerintah daerah, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Medco E&P memiliki efek berganda hulu migas dalam meningkatkan perekonomian warga Desa Giriyoso, Kecamatan Jayaloka, Kabupaten Musi Rawas melalui pembinaan dan pendampingan berkelanjutan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Pagi itu, Senin (3/9/2025), matahari semangat sekali tersenyum. Sinarnya menembus awan, menyentuh dedaunan, dan menyapa wajah seorang perempuan bernama Siti Kalimah yang tinggal di Dusun I Sukorejo, Desa Giriyoso, Kecamatan Jayaloka, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan.

Namun, wanita berusia 43 tahun yang akrab disapa Mbak Kalim, seolah tak merasakan sapaan hangat matahari. Ia terus saja asyik masyuk mengiris olahan kedelai untuk dijadikan camilan keripik tempe.

Hampir setiap hari, dapur rumahnya jadi tempat paling sibuk dalam proses pembuatan keripik tempe. Mulai dari merendam biji kedelai, merebus, menggiling, menggoreng hingga menghasilkan keripik tempe yang renyah dan memiliki cita rasa tinggi.

Sementara itu, saya berulang kali menyeka keringat yang menetes dari kepala menggunakan sapu tangan yang dimasukkan istri ke dalam tas ransel hitam sebelum berangkat menggunakan sepeda motor ke Desa Giriyoso.

Ya, saya bersama lima rekan jurnalis yang bertugas di wilayah Kabupaten Musi Rawas sengaja mengunjungi desa ini untuk bertemu Mbak Kalim, dan ibu-ibu rumah tangga lainnya yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Jaya.

Tujuan kami bukan sekadar mencari data dan narasumber untuk mengikuti lomba karya tulis hulu migas yang diadakan Medco E&P, melaikan ingin mendengar kisah kegigihan ibu-ibu hebat dalam mengubah perekonomian keluarganya.


Produk keripik tempe Mbak Kalim dan olahan lainnya dari Kelompok Wanita Tani Desa Giriyoso, Kecamatan Jayaloka sering mengikuti stand pameran tingkat Kabupaten Musi Rawas.  

Di desa ini ada empat KWT lainnya di bawah binaan Medco E&P: Sumber Sari, Mekar Sari, Subur Makmur, dan Giriyoso.

Saya amati, hampir satu jam ibu tiga orang anak ini duduk di kursi plastik kecil kesukaannya. Kedua tangannya sangat cekatan saat mengiris dan memasukkan olahan keripik tempe dalam tempat penggorengan. Agar pekerjaannya cepat selesai, Mbak Kalim dibantu dua orang tetangganya, Rasnawati dan Mira.

“Saya harus tepat waktu menyelesaikan 50 kg keripik tempe pesanan Mbak Diah, pemilik dapur Makan Bergizi Gratis (MBG), karena besok camilan ini mau disajikan dalam omprengan untuk anak sekolah,” ujar Mbak Kalim mengawali perbincangan kami setelah sapa dan salam pembuka.

Dengan intonasi rendah tapi tegas, wanita berhijab ini mulai menceritakan kepada saya awal mula membuat camilan keripik tempe.

Mbak Kalim mengaku, ia satu di antara sebagian besar ibu rumah tangga di Desa Giriyoso yang kebingungan mencari tambahan penghasilan untuk menopang ekonomi keluarga.

Sehari-hari, Mbak Kalim dan suaminya, Mulyadi, mencukupi kebutuhan rumah tangga sebagai buruh sadap karet di kebun milik tetangganya.

Pada sore hari, Mbak Kalim dengan telaten dan sabar mengajar ngaji bagi anak-anak di sekitar rumahnya. Ia memanfaatkan bagian dapur berukuran 3x4 meter menjadi tempat belajar ilmu agama.

Mbak Kalim tidak mematok iuran kepada anak-anak yang ingin mengaji. Baginya, ilmu agama yang dipelajari selama nyantri di pondok pesantren di tanah Jawa sebagai bentuk pengabdian seorang santriwati.

"Ilmu yang tidak diamalkan ibarat pohon tidak berbuah," ujarnya mengartikan sebuah pepatah dari Bahasa Arab.


Proses pengolaan keripik tempe di dapur sederhana Mbak Kalim untuk memenuhi pesanan SPPG MBG, Kantin Medco E&P dan warung di sekitar rumahnya.

Perbincangan kami sempat terhenti sejenak, Mbak Kalim pamit masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian ia membawa nampan plastik berwarna merah, berisi dua gelas kopi hitam dan satu toples plastik putih bening berisi camilan keripik tempe yang baru selesai digoreng.

“Silakan dinikmati kopi hitam dan keripik tempenya, Mas. Semua tersedia di Dapur Mama Yuka, pusat oleh-oleh UMKM asli dari Desa Giriyoso binaan Medco E&P Indonesia,” ujar Mbak Kalim sembari menunjuk spanduk yang tertera di dinding depan rumahnya.

Wanita asli Jawa ini pun melanjutkan ceritanya. Pada waktu itu, kondisi ekonomi keluarganya semakin tak menentu, di saat harga getah karet turun drastis dan warga Desa Giriyoso mulai menanam kelapa sawit.

Lagi-lagi, ia dan suaminya harus rela bekerja sebagai buruh upah harian di kebun kelapa sawit milik warga karena tidak memiliki lahan untuk berkebun.

Namun, itu cerita dulu. Secercah harapan itu muncul pada tahun 2019, di saat KKKS Medco E&P bersama SKK Migas melakukan program pelatihan dan pengenalan manfaat tanaman herbal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat di wilayah industri hulu migas.

“Saya dan teman-teman ikut pelatihan pembuatan serbuk japleng, serbuk kunyit asam, minyak VCO, dan lainnya,” kenang Mbak Kalim.

Pembinaan dan pendampingan berkelanjutan yang dilakukan Medco E&P mematik semangat Mbak Kalim untuk berinovasi membuat camilan keripik tempe dan produk olahan lokal lainnya.


Mbak Kalim melibatkan tetangganya dalam proses pengolahan keripik tempe. Mulai dari mengiris, menggoreng dan mengemas olahan keripik tempe.

Pada tahun 2022, Mbak Kalim dan teman-teman KWT Mekar Jaya mulai membuat sejumlah produk makanan olahan, seperti keripik tempe, kerupuk naste (nasi tempe), kerupuk jengkol, keripik pangsit, serbuk jahe, serbuk temulawak, serbuk kunyit, minyak VCO, dan parem beras kencur.

“Sisa kulit ari kedelai dijadikan pakan kambing. Syukur Alhamdulillah dari keuntungan usaha keripik tempe kami bisa membeli sepasang kambing, dan sekarang sudah beranak jadi lima kambing,” ungkapnya bahagia.

Soal pemasaran, Mbak Kalim mengaku tidak mengalami kesulitan karena keripik tempe cukup disukai oleh pembeli saat dititipkan di warung-warung sekitar rumahnya.

Sedangkan produk olahan lainnya tetap disediakan dalam jumlah kecil, sesuai pesanan pembeli saja. Khusus produk keripik tempe pemasarannya tidak sulit karena cepat habis dijual di warung dan kantin Medco E&P.

“Kami menyediakan keripik tempe kemasan 100 gram dan 250 gram. Untuk kemasan kecil dijual Rp6.000 per bungkus di warung, dan kemasan lebih besar untuk kantin Medco seharga Rp13.000 per bungkus,” bebernya.

Kemudian, ada juga yang memesan keripik tempe kiloan untuk oleh-oleh dengan harga Rp50.000 per kg. “Saya juga mencoba jualan melalui online, tapi pesanannya belum banyak,” tukasnya.

Mbak Kalim semakin bersyukur dan bahagia ketika menerima telepon dari kerabatnya yang memiliki dapur program nasional MBG untuk wilayah Kecamatan Jayaloka.

Pesanan keripik tempenya laris manis, bak cendawan yang tumbuh di musim hujan, karena mulai saat itu dia mendapatkan pesanan keripik tempe dari dua dapur MBG.


Biji kedelai yang sudah diolah menjadi kerimpik tempe sudah siap digoreng dan dikemas untuk memenuhi pesanan.

Dalam satu minggu, Mbak Kalim harus menyiapkan 50-55 kg keripik tempe untuk dua dapur tersebut. Rata-rata keuntungan yang dia dapatkan Rp500.000 dalam satu kali pesanan.

“Setiap minggu ada dua kali permintaan keripik tempe dari dua dapur MBG, dan satu dapur lagi masih dalam tahap penjajakan pesanan. Saya sampai kewalahan memenuhi permintaan itu, jadi sekarang mengajak tetangga untuk membantu mengiris, menggoreng, dan mengemas keripik tempe,” ungkapnya.

Berkah tersebut diamini oleh dua orang tetangganya, Rasnawati dan Mira, yang sedari tadi fokus menggoreng olahan keripik tempe sembari mendengarkan perbincangan kami.

“Setiap 5 kg, kami mendapat upah masing-masing Rp20.000. Biasanya, sehari bisa sampai 20 kg mengolah bahan keripik tempe,” kata Rasnawati.

Di penghujung perbincangan, Mbak Kalim berharap Medco E&P terus memberikan pendampingan dan pembinaan bagi warga Desa Griyoso.

Baginya, kehadiran Medco E&P benar-benar meningkatkan perekonomian masyarakat dengan berbagai program pelatihan keterampilan dan bantuan peralatan.

“Dulu, pendapatan saya dan suami sebagai buruh di kebun kelapa sawit berkisar Rp2.000.000 per bulan, tapi sekarang sekitar Rp5.000.000 per bulan dari jualan keripik tempe dan produk olahan lainnya. Saya harap Medco selalu ada untuk kami,” pintanya.


Keripik tempe Mbak Kalim rasanya renyah, gurih dan bikin ketagihan.  

Uh, tak terasa hampir sekitar dua jam berbincang dengan Mbak Kalim, dan saya harus mengakhirinya untuk mencari narasumber lain guna melengkapi tulisan ini.

Sebelum meninggalkan rumah wanita sederhana itu, saya diberi kantong keresek putih berisi keripik tempe dan secarik kertas tertulis nomor telepon.

Saya pun mengucapkan terima kasih sembari menjabat tangannya dan pamit pergi dengan sepeda motor.   

Dalam hati, perbincangan dengan Mbak Kalim setidaknya memberikan saya pembelajaran tentang arti kegigihan dan perjuangan seorang ibu rumah tangga untuk meningkatkan perekonomian keluarganya.

Dan tidak berlebihan jika kehadiran Medco E&P dan SKK Migas di Kecamatan Jayaloka terasa seperti perpanjangan tangan Tuhan untuk menjawab doa dan harapan Mbak Kalim dan ibu-ibu lainnya di Desa Giriyoso.

Keripik Tempe Hadir di Menu Omprengan MBG

Hari beranjak siang, kini matahari tertawa riang, seriring tebaran sinarnya yang semakin terasa panas di atas kepala.

Sebenarnya, saya ingin segera pulang ke rumah, tapi pendalaman data dan penambahan narasumber untuk tulisan ini masih sangat kurang. Akhirnya, saya menghentikan lalu motor di depan kantor Kepala Desa Giriyoso.

Ah, saya putuskan untuk menikmati saja apa yang dilakukan matahari, meski sekujur tubuh mulai basah diguyur keringat.

Secarik kertas putih bertuliskan nomor telepon yang diberikan Mbak Kalim sebelum perpisahan tadi menjadi jembatan bagi saya untuk berbincang dengan Mbak Diah Palupi melalui telepon.

Ternyata, Mbak Diah Palupi adalah pemilik dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Rafa Kirana Jaya di Kecamatan Jayaloka yang suka memesan keripik tempe Mbak Kalim sebagai camilan menu Makan Bergizi Gratis (MBG).

Saya mulai dengan salam dan memperkenalkan diri, lalu menyampaikan maksud serta tujuan menelepon. Suara ramah Mbak Diah Palupi muncul di ujung telepon membuat saya bahagia melebihi tawa matahari.  

“Iya, setiap minggu saya dua kali memesan keripik tempe dari Mbak Kalim sebanyak 70 kg untuk memenuhi makanan jenis kacang-kacangan dalam menu MBG,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, setiap hari mereka menyiapkan 2.863 ompreng untuk penerima manfaat MBG, terdiri dari 2.677 ompreng untuk siswa TK/PAUD, SD, SMP dan SMA di Kecamatan Jayaloka.

Kemudian, 186 ompreng untuk penerima manfaat B3 (ibu hamil- ibu menyusui- balita nonPAUD). Camilan keripik tempe disajikan dua kali dalam seminggu di menu MBG.

Perbincangan kami melalui telepon semakin menarik, dan kali ini saya memilih berteduh di bilik kayu di depan kantor kepala desa untuk menghindari melihat tawa riang matahari berubah menjadi tawa terbahak-bahak. Pasti udaranya jadi lebih panas.

“Saya memilih keripik tempe Mbak Kalim setelah berkonsultasi dengan ahli gizi. Ini juga sebagai solusi mengatasi rasa bosan penerima manfaat saat mengonsumsi makanan jenis kacang-kacangan. Melalui program MBG ini juga, saya ingin menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Jayaloka dan memberdayakan produk UMKM lokal,” ungkapnya.

Saya rasa penjelasan Mbak Diah Palupi mengenai keripik tempe Mbak Kalim ada di menu MBG sudah cukup, lalu saya akhiri dengan ucapan terima kasih.

Kini, saya tersenyum lega karena sudah berada di dalam Kantor Kepala Desa Giriyoso yang udaranya lebih sejuk.   

Di sini, saya bertemu Ketua Tim Penggerak PKK Desa Giriyoso, Suwarti. Dalam perbincangan itu, ia mengungkapkan dampak positif kehadiran Medco E&P di desanya.     

Menurutnya, program pembinaan dan pendampingan berkelanjutan Medco E&P terhadap anggota KWT membuat produk olahan lokal terbukti dapat meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat.

“Produk keripik tempe Mbak Kalim merupakan satu di antara banyak produk olahan UMKM di Desa Giriyoso yang sudah berhasil. Itu berkat dukungan dan pembinaan Pemerintah Kabupaten Musi Rawas dan juga Medco. Semoga nanti kami memiliki tempat khusus untuk menjual makanan dan minuman dari olahan lokal sebagai oleh-oleh khas dari sini,” harapnya.

Untuk sementara saya rasa sudah cukup mencari data dan narasumber untuk tulisan ini. Namun saya berjanji akan melengkapinya dengan tanggapan dari para pemangku kepentingan dan pengamat ekonomi terhadap berbagai program yang dilakukan Medco E&P di Desa Giriyoso, Kecamatan Jayaloka.

Huh, sekuat apa pun usaha saya menghindari senyum dan tawa riang matahari ternyata percuma saja.

Buktinya, selama dua jam perjalanan pulang dari Desa Giriyoso menuju Kota Lubuk Linggau menggunakan sepeda motor tetap saja diiringi tawa terbahak-bahak matahari. Jadi nikmati saja, senikmat keripik tempe Mbak Kalim.   

Tanggapan Pemkab dan DPRD Kabupaten Musi Rawas

Kesuksesan berbagai program pembinaan dan pendampingan berkelanjutan KKKS Medco E&P bersama SKK Migas di Desa Giriyoso, Kecamatan Jayaloka mendapat dukungan dan respon positif dari pemangku kepentingan di Kabupaten Musi Rawas.

Camat Jayaloka, Kabupaten Musi Rawas Ali Aman, S.Pd., M.M mengungkapkan bahwa ia menyambut baik program tersebut.

Ia menuturkan, sebenarnya setiap desa di Kecamatan Jayaloka terdapat produk-produk UMKM olahan lokal masyarakat. Namun, skalanya kecil dan diproduksi ketika ada hajatan warga saja.

“UMKM di bawah binaan Medco sampai sekarang berjalan dengan baik karena Medco terus melakukan pendampingan, pelatihan dan pertemuan rutin dengan warga. Kami harap Medco tetap konsisten supaya produk UMKM yang sudah ada tetap eksis dan berkembang,” harapnya.

Ali Aman berpesan, pada pertemuan selanjutnya, Medco dapat memberikan pelatihan packing pada kemasan produk olahan UMKM. Sebab selama ini tampilan kemasannya kurang menarik.

“Proses packing kemasannya masih manual dan ala kadarnya saja. Diharapkan nantinya ada pelatihan khusus packing produk UMKM supaya lebih menarik,” pintanya.    

Bupati Musi Rawas, Ir. Hj. Ratna Machmud melalui Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Pemkab Musi Rawas, Drs. Mefta Joni, M.M mengatakan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi kepada badan usaha atau perusahaan yang peduli terhadap pelaku UMKM, khususnya Medco E&P.  

“Apalagi ada program untuk meningkatkan keterampilan pelaku UMKM, peningkatan kualitas produk, kemasan dan pemasaran,” ujarnya.

Diungkapkannya, di Kabupaten Musi Rawas memiliki banyak varian produk olahan lokal yang dihasilkan oleh pelaku UMKM.

“Kedepan semoga ada produk UMKM binaan perusahaan atau badan usaha yang menjadi ikon dengan kekhasan lokal Musi Rawas,” katanya.  

Senada dikatakan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Musi Rawas, Azandri, S.E mengatakan sudah jadi kewajiban setiap perusahaan yang berinvestasi di Bumi Lan Serasan Sekentenan memberikan dampak positif bagi peningkatan ekonomi masyarakat.

“Ya bagus kalau Medco menyerap hasil atau karya produk olahan dari masyarakat di Jayaloka. Apalagi Desa Giriyoso wilayahnya cukup besar, jadi sudah seharusnya seperti itu. Perusahaan- perusahaan yang ada di sini bukan sekedar mengedukasi, tapi memfasilitasi dan menghidupkan potensi ekonomi masyarakat,” ungkapnya.

Politisi PDI Perjuangan yang terpilih dari daerah pemilihan Kecamatan BTS Ulu dan Jayaloka ini menambahkan, idealnya kehadiran perusahaan di suatu daerah dapat terlibat dalam meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat.   

“Kami berharap perusahan-perusahaan lain mengikuti jejak Medco. Saya juga baru tahu jika Medco membina dan memasarkan produk UMKM milik masyarakat Desa Giriyoso,” tukasnya.

Tanggapan Pakar Ekonomi dan Akademisi

Sementara itu, pengamat ekonomi sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Ekonomi dan Sosial Humaniora Universitas Bina Insan Kota Lubuk Linggau, Assoc Prof. Dr. Dheo Rimbano, SE., M.Si mengungkapkan secara normatif, sebuah perusahaan mempunyai tiga kewajiban dalam rangka membentuk ekosistem perekonomian di sekitar wilayah perusahaan.

Pertama, kewajiban hukum dan regulasi yang tertuang dalam UU, seperti UU No. 40 tahun 2007, Perpu No. 47 tahun 2012, UU No. 11 tahun  2020 dan regulasi sejenis lainnya.

Kedua, kewajiban sosial dan ekonomi, di mana perusahaan harus melibatkan tenaga kerja lokal, memajukan UMKM di sekitar wilayah produksi, mengutamakan produk atau luaran lokal dalam rangka mendukung operasional perusahaan.

Kemudian meningkatkan keterampilan dan pendidikan masyarakat sekitar melalui pelatihan, seminar, magang, dan kegiatan sejenis lainnya. Tidak lupa juga hal-hal lain berupa pembangunan fisik di wilayah sekitar dan pengelolaan limbah industri secara kontinu.

Ketiga, kewajiban berkolaboratif, seperti berkolaborasi dengan pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), kelompok tani, kelompok pemuda, kelompok usaha lainnya dalam rangka pembangunan ekonomi yang sustain (berkelanjutan,red) serta membentuk forum Corporate Social Responsibility (CSR) lokal.

Namun, secara holistik ada tambahan kewajiban yg melekat kepada perusahaan, yaitu kewajiban moral.

Di mana perusahaan harus memiliki komitmen tinggi dalam menjaga ketiga kewajiban normatif agar terus dilakukan. Bahkan melibatkan unsur eksternal untuk ikut berpartisipasi dan menjalankan peran pengawasan, seperti dari kalangan pers dan akademisi.

“Apabila kewajiban normatif dan kewajiban moral tersebut dijalankan, maka ekosistem perekonomian disekitar wilayah perusahaan akan terbentuk dan kemandirian usaha masyarakat serta tingkat pertumbuhan ekonomi lokal akan meningkat,” pungkasnya.

Komitmen Berkelanjutan Medco E&P di Kecamatan Jayaloka

Dilansir dari rilis resmi Medco E&P dalam pamflet lomba karya tulis hulu migas, dengan tema Efek Berganda Hulu Migas tahun 2025, Support Officer Relation Community Enhancement Medco E&P, Yudhia Karmina menegaskan komitmen pihaknya dalam mendampingi dan membina masyarakat di Kecamatan Jayaloka, Kabupaten Musi Rawas.

Di mulai pada tahun 2018, Medco E&P melalui program Pertanian Ramah Lingkungan (PRLB) membantu kelompok tani di Desa Giriyoso. Program ini mendorong masyarakat membuat Kawasan Rumah Pangan Lestari (KPRL).

Adapun pelatihan dan bantuan yang diberikan meliputi, pengolahan tanah, pembuatan kompos, penanaman, pembuatan produk olahan minuman dan makanan sehat.

Kemudian memberikan bantuan bibit sayur, pupuk kompos, waring dan pelatihan pengemasan serta pemasaran produk.

Sehingga warga dapat memenuhi kebutuhan sayur, rempah, dan tanaman obat dari lahan pekarangan.

Lalu di tahun 2019, dilakukan pendampingan pengembangan tanaman herbal, seperti kunyit, daun kelor dan pembuatan minyak VCO.

Medco juga memberikan bantuan fasilitas rumah produksi, mesin penggiling, alat pembuat serbuk dan rumah pembibitan untuk KWT Mekar Jaya.

“Program pembinaan dan pendampingan sempat terhenti di tahun 2019 akibat akibat pandemi COVID-19. Dan berjalan di tahun 2022, dengan memberikan bantuan kolam terpal, bibit ikan lele untuk pengembangan produk abon lele serta mendukung program PMT balita stunting,” ungkapnya.

“Selanjutnya di tahun 2024-2025, Medco memberikan bantuan kepada berbagai kelompok dasawisma berupa bibit sayuran, mesin giling ganyong, mesin pemecah kedelai, spinner, dan alat pemotong keripik,” terangnya.

Tak hanya itu, pelatihan desain kemasan dan pemasaran online juga diberikan untuk meningkatkan daya saing produk lokal.

Sejumlah produk masyarakat kini telah memiliki izin PIRT, seperti stik lortule dan abon lele, sementara izin untuk minuman herbal Japleng tengah dalam proses perpanjangan.

Melalui program dan bantuan di atas, Medco E&P berkomitmen mendukung kemandirian ekonomi dan keberlanjutan di lingkungan masyarakat Jayaloka. (**)

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: