Oleh Dudy Oskandar Jurnalis dan Peminat Sejarah Sumatera Selatan SEGERA kami membuat abklatsch Dan karena takut tidak dapat kering hari itu sebab matahari tidak memberi cukup panas sinarnya tertahan daun daunan pohon dan atas mesjid maka atas ide Chaidir abklatsch itu kami panggang di bawah api Di atas batunya ditaruh papan seng dan di sini dipasang api Sementara itu kami diantar pergi melihat tempat ditemukannya batu Karang Brahi itu kira kira 4 km dari dusun Di sini tak ada lagi sesuatu apa yang sekiranya dapat menjadi petunjuk untuk penyelidikan lebih lanjut Kira kira pukul 3 abklatsch sudah kering dan kami pulang menyeberang dan melalui jalan yang sukar tadi menyusup hutan Sejam kemudian kami tiba di Pamenang Di sini ada orang tua yang sengaja datang menemui kami untuk minta agar kami bila saja memerlukan datang di kampungnya kira kira 50 km dari Pamenang sebagian besar jalan kaki Di sana ia mempunyai piagam kuno dan berbagai buluh bertulisan yang tak ada seorangpun dapat membacanya Jumat 12 Maret 1954 Pukul 8 pagi kami mengucap Selamat tinggal Bangko dan menuju Muara Tebo Di Rantaupanjang dan Senamat kami melayang dengan tiada rintangan dan pukul 10 50 kami tiba di Muara Bungo Di sini kami beristirahat satu jam untuk menambah daya kerja di sebuah warung kopi Setelah melayang sekali lagi pukul 12 15 kami masuk Muara Tebo Mula mula kami mengunjungi kuburan Sultan Taha di belakang kantor polisi yang ternyata baru sama sekali kecuali puncak nisannya yang tua Lalu kami menghadap Wedana dirumah beliau Kami mendapat seorang pengantar ke Teluk Kuali Di kantor Pasirah kami dijamu makan Entah karena sejak pagi tidak kemasukan nasi entah karena sangat letih entah karena masakan memang enak tetapi semua yang dihidangkan terasa lezat Pukul 4 45 kami mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal dan pukul 6 kami sampai di Bangko kembali Tugas kami untuk daerah Merangin telah selesai Malam hari dengan diantar oleh Camat kami berkunjung ke rumah Patih untuk minta diri dan sebagainya karena besok pagi akan meninggalkan Bangko Kemudian kami kerumah Wedana tetapi beliau tidak ada Maka kami terus ke rumah Camat Nohan Kemudian menuju Hotel Mataram di mana kami mendapat satu kamar masing masing Pukul 2 kami menuju Teluk Kuali diantar Nohan Dari Teluk Kuali kami masuk kejalanan yang luar biasa buruknya dan penuh lumpur kira kira 14 km ke utara Di sini kami menjumpai Camat Dengan tiga sampan kami lalu berlayar Mudik di Batang Hari Hampir saja sampan kami masuk ke dalam ulakan besar yang sekonyong konyong berputar di sebelah kami sedangkan arus deras di hadapan kami mendorong sampan ke arah ulakan itu Berkat ketangkasan pengayuh pengayuhnya kami terhindar dari bahaya dengan jalan menyeberangi sungai selebarnya Kira kira jam berkayuh kami sampai tempat yang dituju Dengan susah payah kami menaiki tebing yang curam lagi licin dan lebat tumbuh tumbuhannya Sampai di atas kami menghadapi tegal lalang alang luas sekali yang menurut cerita adalah tempat harimau Tetapi dengan penuh kepercayaan atas pengawal pengawal kami yang terdiri atas pawang pembawa tombak pembawa parang dan Camat yang membawa revolver barisan pengawal serupa itu kami alami pula di Karang Brahi kami menerobos alang alang ini dan tak lama kemudian kami sampai di Gedung Ternyata di sini hanya sebuah lubang besar bekas penggalian yang ada Di dalamnya kami temukan beberapa pecahan batu bata tetapi selanjutnya tak ada sesuatu apa yang nampak Menurut cerita dahulu di sini ada arca orang yang oleh karena salah sangka diterkam harimau Kepala arca ini dibawa lari Tubuhnya kemudian hilang Setelah cukup kami meninjau tempat itu kami berlayar ke hilir dan setelah minum air kelapa di Teluk Kuali kami pulang ke Muara Tebo Hari sudah hampir gelap maka dari itu meskipun kami melalui Rambahan tempat ditemukannya Amoghapaca dari Singasari kami tak dapat singgah Pun Bukit Siguntang sungguhpun menarik sekali perhatian kami tak dapat kami masukkan dalam program karena untuk ke sana diperlukan waktu 2 atau 3 hari naik sampan Menjelang magrib tiba tiba Woerjani dan Uka berteriak Tuh Macan Benar juga kira kira 50 m di depan mobil kami Datuk Belang yang sudah beberapa hari ingin sekali kami jumpai dengan acuh tak acuh melintasi jalan Hanya beberapa orang dari kami yang duduk di belakang tidak melihatnya Supir seketika menginjak pedal gas lebih dalam dan dengan kecepatan 80 km Kami lalui tempat yang seram itu Hampir pukul 7 kami tiba di Hotel Mataram Malamnya Nohan mengunjungi kami dan mendongengkan keganasan harimau di daerah Muara Tebo sampai pukul 11 30 Sabtu 13 Maret 1954 Dengan rasa puas telah dapat menyelesaikan tugas yang terpenting di Keresidenan Jambi ialah Karang Brahi kami hari ini dapat pulang ke Jambi Kami berangkat agak siang karena jarak yang akan ditempuh tak seberapa kl 210 km Karena lama sekali menunggu di pelayangan dan accu ternyata tidak mengisi sehingga perlu diperbaiki maka kami tiba di Muara Tembesi sudah pukul 12 30 Di sini kami makan dan mobil Kira kira pukul 4 kami berangkat dari Muara a Tembesi dan pukul 5 30 kami sampai di rumah Wali Kota Jambi Sumber 1 Amerta 3 Pusat Penelitian Arkeologi Nasional 1985 2 Menyelusuri Sungai Menurut Waktu Penelitian Arkeologi di Sumatera Selatan Jakarta 2006 3 https id wikipedia org wiki Sumatra Selatan
Catatan Perjalanan ke Sumatera Selatan dan Jambi (Bagian Keenambelas)
Senin 06-06-2022,12:25 WIB
Editor : redaksi 1
Kategori :