BACA JUGA:Idul Adha Bisa Jadi Tak Serentak
Jaidi mengatakan, perbedaan penetapan hari besar di Indonesia sudah biasa terjadi.
Belum lama ini, penetapan awal Ramadan 2022 juga berbeda.
’’Jadi, janganlah perbedaan ini menjadikan perpecahan atau tidak saling menghormati,’’ kata dia.
Jaidi mengajak bangsa Indonesia, khususnya umat Islam, untuk saling menghormati perbedaan itu.
Dia menegaskan, perbedaan tersebut sejatinya didasari pada persoalan wujudulhilal dan rukyatulhilal.
BACA JUGA:148 CJH OKU Dilepas Menuju Asrama Haji Palembang
Perbedaan keduanya bergantung pada ketinggian hilal.
Dia lantas menjelaskan potensi pertanyaan yang muncul di tengah masyarakat.
Ketika terjadi perbedaan seperti itu, kapan pelaksanaan puasa Arafah.
Apalagi, pelaksanaan Arafah atau wukuf ada di Arab Saudi.
BACA JUGA:Aisyah (20) Jemaah Calon Haji Termuda Asal Muba
Sampai pengumuman hasil sidang isbat Kemenag tadi malam, pemerintah Saudi belum melansir hasil sidang isbat mereka.
Dia menegaskan bahwa puasa Arafah adalah puasa sunah yang dilakukan pada 9 Zulhijah.
Maka, yang menjadi acuan adalah keputusan pemerintah setempat.
Tetapi, dia tidak melarang ketika warga Muhammadiyah melaksanakan puasa Arafah sesuai dengan ketetapan mereka.