Lalu, seiring dengan perkembangan ekonomi yang baik pada masyarakat Palembang, membuat semakin banyak masyarakat yang mampu membeli songket Lepus. Kualitas jenis songket Lepus merupakan kualitas yang tertinggi dan termahal harganya.
Filosofi Songket Limar
Kata limar pada songket ini diambil dari kata berlimar-limar atau berwarna-warni. Sesuai dengan namanya, songket Limar memiliki khas tenunan yang berasal dari benang sutera warna-warni, dimana benang yang digunakan harus dicelup terlebih dahulu kedalam pewarna baru setelah itu dikeringkan dan digunakan untuk membuat songket Limar. Tentu saja ciri khas kain songket yang menggunakan benang emas tetap terlihat pada songket ini, benang emas juga ditenun membentuk motif yang diinginkan dengan benang-benang sutera berwarna-warni tersebut.
Filosofi Songket Bungo Cino
Akulturasi budaya Cina dengan budaya Palembang yang merupakan warisan dari Kerajaan Sriwijaya memang sangat kental. Hal itu bisa dibuktikan dengan adanya motif songket Bungo Cino yang sangat populer di kalangan masyarakat Palembang. Ciri khas dari motif ini tentu saja bentuk bunga yang dibalut benang berwarna emas dan merah. Motif seperti ini biasanya dikenakan wanita keturunan Tionghoa saat ada acara Kerajaan.
Dirinya juga mengatakan bahwa, “Alat yang digunakan untuk membuat kain songket Palembang umumnya masih bersifat sangat tradisional. Peralatan tenun songket pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua yakni, peralatan pokok dan tambahan. Dimana keduanya terbuat dari kayu dan bambu".
Peralatan pokok yang dipakai untuk menenun kain songket Palembang umunya disebut sebagai “dayan”. Alat songket ini secara keseluruhan memiliki ukuran 2x15 meter dan terdiri atas; Gulungan, untuk menggulung benang dasar tenunan. Penyincing, untuk merentangkan dan memperoleh benang tenunan.
Beliro, untuk membuat motif songket. Cahcah, untuk memasukan benang lain ke benang dasar. Gun, untuk mengangkat benang. Sedangkan untuk peralatan tambahan yang digunakan pada proses pembuatan kain songket berguna untuk mengatur posisi benang ketika sedang ditenun. Peralatan Tambahan ini terdiri atas, peliting, gala, belero ragam, dan teropomg palet.
Bahan dasar pembuatan kain songket Palembang adalah benang tenun yang biasa disebut lusi atau lungsin. Lalu ada kain yang umum digunakan yaitu sutra, katun, dan katun sutra. Sementara untuk hiasannya terdiri dari benang emas dan benang sutra.
Noval menambahkan bahwa proses pembuatan kain songket pada dasarnya dilakukan dalam dua macam, yaitu menenun kain dasar dan menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari benang pakan. Langkah pertama, benang yang sudah diikat salah satu ujungnya direntangkan diatas meja, sementara untuk ujung lainnya dimasukkan kedalam lubang suri (bentuknya menyerupai sisir, fungsinya untuk memisahkan lusi atas dan lusi bawah).
Pengisian benang ini diatur sedemikian rupa sehingga sekitar 25 buah lubang suri setiap lubangnya dapat memuat 4 helai benang. Setelah benang dimasukkan, maka barulah menggulung benang. Pasang dua buah gun (alat yang digunakan untuk mengangkat benang) agar penenun bisa mulai menggerakan dayan (alat tenun bukan mesin) dalam posisi duduk dengan menginjak salah satu pedal untuk memisahkan benang.
Benang yang berada pada posisi melintang ketika dirapatkan dengan dayan yang bersuri akan membentuk tenunan yang rata dan polos. Kemudian, tahap pembuatan ragam hias dapat dilakukan untuk mempercantik kain tenun yang masih polos dengan menggunakan benang emas atau sutra.
Caranya bagian-bagian kain yang akan dihias dipasangi dengan gun agar benang emas atau sutra dapat disisipkan ke kain sesuai dengan contoh motif yang akan dibuat.
“Waktu yang diperlukan untuk membuat setiap satu buah kain songket Palembang membutuhkan tiga minggu sampai satu bulan, dipengaruhi oleh kehalusan dan kerumitan motif songketnya. Semakin halus tenunannya dan semakin rumit motif songketnya akan semakin lama proses pengerjaannya” ujar Noval owner Toko Songket Ilham Bahari.
Noval menambahkan untuk harga untuk setiap songket yang dijual sangatlah bervariasi, tergantung motif dan tingkat kerumitan dalam proses pembuatannya. Harga yang paling murah dibandrol dari 1.500.000 ribu rupiah sampai puluhan juta keatas untuk setiap satu buah songket.
Sementara itu, Nyayu Nani, salah seorang pelaku usaha songket di Jalan Ki Rangga Wirasantika, Palembang, mengatakan bahwa kendala yang dapat menghambat proses pembuatan kain songket adalah material benang sutra, dengan kondisi sekarang cukup sulit mendapatkan benangnya. Disamping itu, saat ini penenun songket lebih didominasi generasi tua. Karena sedikit yang memiliki keterampilan dalam menenun kain songket.
“Promosi yang telah dilakukan untuk terus menjual songket Palembang antara lain dengan memanfaatkan media sosial/ penjualan secara online seperti di Instagram dan Facebook. Selain itu, toko kami juga kerap melakukan pameran terbuka bagi masyarakat umum yang tertarik untuk membeli ataupun hanya sekedar melihat seluruh songket yang ada,” ungkap Nyayu.