Oleh : Sari Bayurini Samudra, S.Sn., M.M. (Dosen Ilmu Komunikasi UIN Raden Fatah Palembang)
“A butterfly flapping its wings in Brazil can produce a tornado in Texas.” ujar Edward Norton Lorenz, seorang matematikawan dan ahli metereologi Amerika dalam sebuah pidato sains di pertemuan AAAS (American Association for the Advancement of Science) pada Desember 1972.
Lorenz tengah mengemukakan argumennya mengenai Chaos Theory (Teori Kekacauan) terkait penelitiannya terhadap perubahan cuaca dan kondisi atmosfer. Lorenz menemukan sebuah perubahan atau tindakan kecil bisa mengakibatkan sesuatu yang tidak disangka alias sesuatu yang berdampak besar dan mendalam. Bahwa kepakan sayap seekor kupu-kupu bisa jadi mengakibatkan sebuah tornado di Texas. Lorenz kemudian menyebutnya sebagai Butterfly Effect (efek kupu-kupu).
Istilah Butterfly Effect kemudian menjadi populer dan digunakan dalam berbagai gagasan dan pemikiran di berbagai bidang selain dari sains sebagai awalnya. Butterfly Effect memuat pemikiran bahwa sebuah keputusan kecil yang dianggap tidak penting, ternyata dapat merubah segalanya.
Seperti yang tengah dialami Holywings, bisnis resto dan bar yang saat ini tengah dirundung hujan masalah mulai dari ancaman pidana terhadap beberapa orang karyawan karena konten promosi yang menyinggung isu SARA, mengalami penolakan keras dari masyarakat sampai pencabutan izin usaha oleh berbagai pemerintah daerah karena izin operasional dan penjualan yang bermasalah.
BACA JUGA:Holywings Palembang Tutup Sementara
Awal kasus ini adalah promosi Holywings di sosial media mereka yakni gratis minuman keras (miras) bagi pengunjung yang bernama Muhammad dan Maria untuk makan minum di tempat (dine in). Iklan promosi mereka langsung diprotes masyarakat dan diturunkan sebelum promosi sempat dijalankan. Saya sangat mengapresiasi tindakan polisi yang sangat cepat tanggap dengan segera menindaklanjuti laporan masyarakat yang bersifat urgent ini.
Sebagai penegak hukum, polisi sudah menganalisa bakal dampak yang terjadi seandainya terjadi pembiaran terhadap iklan yang mencatut nama ‘Muhammmad’ dan ‘Maria’ tersebut. Jika dibiarkan, maka akan terjadi kekacauan (chaos) di masyarakat karena konten visual iklan tersebut memuat unsur SARA (suku, agama dan ras).
Teringat masa lalu saat saya bekerja sebagai tim yang mengurus kreatif iklan dan sosial media, saya mendadak bersyukur. Selama satu dekade mengurus periklanan perusahaan dari pembuatan materi kreatif iklan sampai tayang di sosial media atau saluran komunikasi lainnya, belum pernah saya menemui kondisi di mana manajemen tidak mengetahui apa yang saya dan tim kreatif lainnya lakukan.
Tim kreatif biasanya bekerja berdasarkan brief, ketentuan dan arahan dari pimpinan. Seluruh persetujuan atas desain dan konten iklan berbentuk apapun ada bukti tertulisnya. Aturan pentingnya bukti persetujuan pimpinan ini sudah lazim dilakukan tim kreatif internal perusahaan, apalagi tim kreatif eksternal perusahaan.
BACA JUGA:Dewan Palembang Desak Holywings Tutup Permanen
Mengapa persetujuan manajemen penting? Logikanya, bisnis apa saja yang mengeluarkan promosi akan menghitung biaya promosinya dengan detil karena berkaitan dengan anggaran biaya atas material objek promosinya ini sendiri serta prediksi biaya tambahan yang bisa jadi timbul seandainya terjadi kondisi over demand atau lainnya.
Sebut saja, promo gratis ongkir, promo gratis tumbler, promo gratis coklat dan lain-lain. Seluruh promo tersebut akan didata dengan anggaran tertentu karena ada barang atau nilai rupiah yang akan keluar per kepala konsumen yang menerimanya.
Manajemen yang baik tentunya akan memeriksa seluruh parameter promosi untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya tindakan lupa mencantumkan tanggal berakhir promosi bisa berakibat masyarakat datang berduyun-duyun tanpa batas waktu untuk mendapatkan promo tersebut.
Contoh lain adalah tindakan tidak mencantumkan jumlah kuota pembagian produk gratis akan berakibat jumlah masyarakat yang tidak kebagian akan menuntut hak mereka jika mereka merasa sudah memenuhi syarat dan kriteria promosi yang ada. Hal ini pernah terjadi pada kasus KFC tahun 2009 di Amerika. KFC pernah melakukan promosi di acara Oprah Winfrey Show dan membagikan kupon gratis ayam yang bisa diunduh di situs Oprah selama 2 minggu.
BACA JUGA:Izin Holywings di Palembang Bakal Dievaluasi