“Harus jadi , jadi apakah hari buku atau hari pustaka atau hari percetakan, yang jelas tanggal 21 Agustus harus jadi.
Ini harus kita dukung bersama, bagaimana nanti mau kita kritisi dalam diskusi, FGD, ini nanti kita minta masukan, nanti kita diskusi lagi ,” kata Dr .H. Firman Freaddy Busroh, SH, M.Hum yang saat ini adalah Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda (STIHPADA).
Firman mengaku siap memfasilitasi dengan mengundang para tokoh-tokoh adat dan sejarawan, supaya nanti menghasilkan sesuatu yang dimiliki oleh masyarakat.
“ Jadi stekholder dan seluruh tokoh masyarakat dilibatkan, nanti ada semacam kajian.
BACA JUGA: SMB IV Sebut Jasa Besar KH Abdul Malik Tadjudin dalam Kembangkan Islam di Palembang
Hasilnya dibuat dalam bentuk tulisan, dan hasilnya kita serahkan kepada Pak Gubernur dan Wali Kota , ini harus jadi ,” katanya,
Senada diungkap Budayawan Sumsel Vebri Al Lintani.
“Ini baik untuk memajukan dan memainkan pikiran kita , ini coba kita panaskan terus menerus, goreng terus agar semua tergelitik menetapkan 21 Agustus yang intinya hari literasi, buku, aksara apapun namanya ,” katanya.
Kedepan menurutnya, perlu ada diskusi dan pertemuan lanjutan dan terus digerakkan agar bisa berkembang.
BACA JUGA:SMB IV Dukung Kajian Lanjutan Abdul Somad Al-Palimbani dan Muhammad Arsyad Al-Banjari
Sementara Staf Ahli Wali Kota Palembang Bidang Pemberdayaan Sosial dan Masyarakat Zanariah mendukung upaya menjadikan 21 Agustus sebagai bentuk hari bersejarah bagi Palembang, apakah hari buku, hari literasi atau hari pustaka Palembang.
“ Munculkan dan sebarkan sehingga kelihatan pasti bahwa ada gerakan kita ini,” katanya.
Ahmad Subhan pegiat literasi yang kerap menyebut dirinya ‘Pustakawan Partikelir’, mengaku dipilihnya tanggal 21 Agustus sebagai Hari Buku Palembang memiliki dasar dan landasan yang jelas.
“Hari Buku Palembang merupakan momentum memperingati selesainya proses pencetakan Alquran yang pertama di Kota Palembang, pada tanggal 21 Agustus 1848,” katanya.
BACA JUGA: SMB IV Apresiasi Festival Sriwijaya XXX Tahun 2022
Ahmad Subhan menjelaskan, Alquran ini bukan hanya menjadi Alquran cetak pertama di Indonesia, namun sekaligus Alquran cetak pertama atau tertua di Asia Tenggara.