Yang jika ilir, Palembang, diserang, beliau dipanggil untuk menghalau musuh.
Jika air sudah surut disedot Beliau, maka musuh dari laut tidak bisa masuk ke Kota Palembang,” kata Tokoh Tetua Adat dan tokoh budaya Betung, Samsul Bahri.
Walau narasi kekeramatannya tersebar dari mulut ke mulut, namun kosmologi kesaktian Puyang Syekh Naga Berisang ini diyakini oleh Samsul awal mula munculnya kesaktian orang Komering.
BACA JUGA:Kecamatan Makarti Jaya Banyuasin Ingin Cetak Rekor Muri Hibah Koleksi Bersejarah Terbanyak
Selain itu, pada masa lampau orang-orang Komering, menurut Beliau, dipercaya menjadi wadah prajurit uluan terbesar dan tangguh dalam mengawangi Kota Palembang di iliran manakala musuh mencoba menyerbu.
“Sekali lagi narasi itu menurut hemat saya, yang membenarkan kuatnya kesetiakawanan dalam kekerabatan dan persaudaraan orang Komering dengan orang diluar suku Komering sekali pun.
Selain itu, deskripsi ini juga sebagai penanda luasnya bentuk kekerabatan yang dibangun oleh orang Komering”, tambah Pak Ali Pasyai.
“Generasi muda Komering sekarang ini menurut saya harus bisa merawat pesan leluhur yang disampaikan oleh muyangnya, orang tuanya.
BACA JUGA:Sejarah DPRD Kota Palembang (Bagian Pertama)
Artinya keberadaan Puyang Syekh Naga Berisang ini tidak saja dilihat sebagai makam atau maqom semata.
Namun harus dipahami sejarahnya, sehingga sekaligus kita dapat menelateni pesan leluhur dalam menjaga nilai kekerabatan dan persaudaraan,” kata Pak Ali Pasyai.