Konflik ini dikhawatirkan akan memberikan dampak terhadap perdagangan Indonesia dengan kedua negara di mana komoditas utama ekspor Indonesia, yakni CPO dan turunannya, merupakan komoditas yang diperdagangkan ke kedua negara.
Selain itu pasokan impor tepung gandum Indonesia dari Ukraina dikhawatirkan juga terganggu.
Tulisan ini bertujuan untuk membahas bagaimana dampak perang Rusia melawan Ukraina terhadap kinerja perdagangan Indonesia terhadap kedua negara dan bagaimana dampak kenaikan harga energi dan pangan bagi Indonesia.
Konflik tersebut dapat menurunkan ekspor nonmigas Indonesia dan menghambat impor gandum sehingga berpotensi meningkatkan kenaikan harga sejumlah bahan pangan di dalam negeri.
BACA JUGA: SMSI Tolak Pasal Krusial RKUHP yang Potensial Lemahkan Kebebasan Pers
Porsi perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina sesungguhnya nilainya tidak terlalu besar.
Konflik saat ini yang terjadi diperkirakan hanya memberikan dampak berada pada kisaran 1%, baik untuk ekspor maupun impor.
Namun komoditas perdagangan ke kedua negara merupakan komoditas yang cukup penting bagi Indonesia, seperti minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan produk turunannya.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total nilai perdagangan Indonesia dengan Rusia pada tahun 2020 dan 2021 masing-masing USD1,93 miliar dan USD2,74 miliar.
BACA JUGA:Nenek Siti Kini Berusia 130 Tahun, Kondisinya Sakit
Angka ini membaik setelah terjadi tren penurunan mulai tahun 2018.
Adapun komoditas ekspor Indonesia ke Rusia antara lain CPO dan turunannya, karet dan produk karet, sepatu, elektronik, coklat, dan kopi.
Sementara komoditas impor Indonesia dari Rusia antara lain besi baja dan produk kimia.
Selanjutnya total nilai perdagangan Indonesia dengan Ukraina pada tahun 2020 dan 2021 masing-masing mencapai USD1,18 miliar dan USD1,45 miliar.
BACA JUGA:Ukraina: Rusia Bersiap Serangan Tahap Berikutnya
Sebaliknya tren perdagangan antara Indonesia dengan Ukraina cenderung meningkat.