Jumlah total perdagangan pada tahun 2017 hanya sebesar USD835 juta.
Adapun komoditas ekspor Indonesia ke Ukraina antara lain CPO dan produk turunannya, kertas, dan bubuk coklat.
Sementara komoditas impor Indonesia dari Ukraina adalah biji dan tepung gandum, serta besi.
BACA JUGA:RUU Pendidikan dan Layanan Psikologi Sah Jadi Undang-Undang, Empat Poin Ini Dianggap Krusial
Krisis yang terjadi antara Rusia dan Ukraina turut memberikan dampak terhadap kenaikan harga energi secara global. Kenaikan harga ini akan sangat berpengaruh bagi Indonesia. Di satu sisi, sebagai eksportir terbesar dunia batubara termal, kenaikan harga batubara akan meningkatkan nilai ekspor Indonesia secara signifikan.
Namun di sisi lain, kenaikan harga minyak akan menjadi masalah karena saat ini Indonesia merupakan net importir minyak mentah. Bahkan neraca perdagangan Indonesia sering defisit karena tingginya nilai impor minyak bumi.
Saat ini konsumsi BBM nasional mencapai 1,4 juta-1,5 juta barel per hari, namun kemampuan produksi minyak bumi Indonesia kurang dari 700.000 barel per hari.
Kenaikan harga minyak dunia tercermin dari harga minyak mentah ndonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) pada perdagangan 24 Februari 2022 yang mencapai USD95,45 per barel, sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) telah mencapai USD96,27 per barel dan harga minyak Brent mencapai USD101,86 per barel berdasarkan data Bloomberg pada 28 Februari 2022.
BACA JUGA:Putin Tantang Barat untuk Coba Kalahkan Rusia
Kenaikan harga ini berpotensi memperbesar biaya impor komoditas energi, di mana impor migas Indonesia pada tahun 2021 telah mencapai USD196,20 miliar atau setara Rp2.805 triliun dengan menggunakan kurs Rp14.300 per dolar AS.
Kenaikan harga minyak ini akan menekan kondisi fiskal Indonesia karena meningkatnya beban subsidi, khususnya untuk penggunaan BBM dan LPG yang ditanggung dan berpotensi melebihi asumsi APBN 2022.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, setiap kenaikan harga minyak mentah 21.
Perkembangan Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina (dalam Juta USD) USD1 per barel akan berdampak pada kenaikan subsidi LPG sekitar Rp1,47 triliun, subsidi minyak tanah Rp49 miliar, dan beban kompensasi BBM lebih dari Rp2,65 triliun.
BACA JUGA:Berusia 15 Tahun, Pertamina Hulu Energi Terus Berikan Kinerja Terbaik
Selain itu, kenaikan ICP juga memberikan dampak terhadap subsidi dan kompensasi listrik, di mana setiap kenaikan ICP sebesar USD1 per barel berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp295 miliar.
Kondisi ini perlu menjadi perhatian bagi DPR, khususnya dampak krisis perang Rusia dengan Ukraina terhadap kenaikan harga komoditas di dala negeri.