Karena kekuasaan menyebar tanpa bisa dilokalisasi dan meresap ke dalam seluruh jalinan sosial.
Konteks relasi kuasa dalam pertumbuhan masyarakat Yogyakarta-Palembang adalah keterbukaan yang terjadi pada kanal-kanal sosial.
Hadirnya keberagaman entitas besar di masing-masing daerah.
Di Palembang tercatat beberapa entitas seperti Cina, Arab, dan Tamil-India yang hidup berdampingan dengan bangsawan lokal, begitu pula di Yogyakarta.
Tata pemerintahan yang harmoni, seolah menjadi cermin dari kedua kota kerajaan.
Mengenai keberadaan entitas yang heterogen, kedua daerah kemudian secara terbuka berangsur-angsur menerima pengaruh dari budaya lain.
Entitas Cina erat dengan budaya perniagaan dan Palembang rupanya menjadi kota tujuan bagi entitas tersebut.
Orang Cina menjadi entitas pertama yang masuk ke Palembang pada abad ke-16.
BACA JUGA: SMB IV Harapkan Jaringan Kota Pusaka Indonesia Bisa Rumuskan Perlindungan Cagar Budaya
Palembang pun menjadi salah satu koloni tertua Cina di Asia Tenggara, bahkan lebih tua dari usia Kesultanan Palembang.
Mereka banyak yang menjadi mitra dagang sultan sekaligus saudagar perantara, yang memenuhi permintaan berbagai kebutuhan barang impor.
Di sisi lain, para pedagang Cina keliling juga banyak mendominasi jalur dagang perairan.
Banyak dari mereka menggunakan perahu yang dikenal dengan nama wangkang-Cina.
BACA JUGA: Peduli Sejarah dan Budaya Sumsel, Mang Dayat Raih Penghargaan di Hari Sumpah Pemuda
Ukurannya lebih kecil dari pada jung-Cina.