Diungkapkannya, sebagai pelopor batik durian, dia ingin orang berkunjung ke Kota Lubuklinggau mempunyai tujuan. "Saya sendiri saat berkunjung ke daerah lain juga membeli kain. Maka muncul ide tersebut padahal saat itu belum ada pengrajin batik,” kenangnya.
Di Kota Lubuklinggau ada tiga sentra batik, dengan 55 pengrajin batik dan ada 350 potong kain batik setiap bulan, dan berharap jadi 500 potong.
“Kemudian untuk lolos Milan Fashion Week tidaklah mudah. Alhamdulillah berkat kerja keras yang dilakukan, produk Kota Lubuklinggau bisa tampil disana,” ungkapnya.
Patut disyukuri Batik Durian bisa tumbuh dengan jati dirinya sendiri serta dapat mengangkat nama Kota Lubuklinggau di kancah nasional maupun internasional.
Diharapkan dengan bantuan Pemkot Lubuklinggau, pihaknya dapat melaksanakan pelatihan membatik durian dan juga berkat bantuan Bank Sumsel Babel, batik durian semakin dikenal luas. *