Sebelum Putri Dayang Merindu bunuh diri, dirinya meminta setelah ia mati agar tubuhnya dibagi dua untuk dikuburkan bersama dua orang yang mencintainya
Semua orang yang menyaksikan kejadian itu sangat menghormati Putri Merindu, karena sang putri bisa berlaku adil terhadap kedua pria yang mencintai dirinya.
Karena hal itulah akhirnya sebagai bentuk penghormatan, penduduk setempat mengadakan lomba bidar.
Bidar sekarang sudah berbeda dari zaman dahulu.
BACA JUGA: Nonton Bidar Tak Perlu ke Palembang, Bisa Dilihat di Tebat Lempaung
Dibandingkan tahun 80-an dan 90-an secara kualitas dan kuantitas, bidar sekarang bukan lagi menjadi milik rakyat, tapi banyak perusahaan.
Mungkin karena pemerintah kekurangan dana untuk merawat dan memiliki bidar.
Tidak jarang juga sebagian orang mengira jika bidar sama dengan perahu naga.
Namun keduanya berbeda meski sama-sama sebagai transportasi air.
BACA JUGA:Polrestabes Palembang Siagakan 200 Personel Amankan Perlombaan Perahu Bidar
Bidar memang milik Palembang, kalau perahu naga itu milik Cina.
Walaupun Palembang ikut melombakan perahu naga, itu hanya bentuk dari olahraga air saja yang diperlombakan di olimpiade.
Bidar yang menjadi salah satu ciri khas dari kebudayaan Palembang, memang memiliki tempat dihati setiap pecintanya.
Meski kini banyak sekali kegiatan sejenis yang menggunakan air, nyatanya tradisi balap perahu asli Palembang ini tetap dinanti kehadirannya.
BACA JUGA:Gelar Lomba Bidar, Cara Warga Desa Pulau Borang Rayakan HUT RI Ke-77
Semoga tradisi nenek moyang kita ini tidak hilang dimakan waktu.