BACA JUGA:Hati-Hati Tanaman Juga Bisa Stress! Begini Cara Mengatasinya
Mangelsdorf seorang ahli biologi evolusi yang menghususkan perhatian pada tanaman jagung menampik hipotesis ini.
Pada masa inilah berkembang jagung yang beradaptasi dengan suhu rendah di kawasan pegunungan andes.
Sejak 2500 sm, tanaman ini telah dikenal di berbagai penjuru benua amerika.
Era kedatangan orang-orang eropa di akhir abad ke-15, ternyata membawa serta jenis-jenis jagung ke dunia lama, baik ke eropa maupun asia.
Para ahli berpendapat, bahwa jagung yang dibudidayakan saat ini sebagai keturunan langsung sejenis tanaman rerumputan mirip jagung yang bernama teosinte ( spesies liar jagun (zea mays).
Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus zea, kecuali zea mays ssp. Mays.
Tanaman jagung yang ada di wilayah asia diduga berasal dari himalaya.
Hal ini ditandai oleh ditemukannya tanaman keturunan jali (jagung jali, coix spp) dengan famili aropogoneae.
kedua spesies ini mempunyai lima pasang kromosom.
Namun teori ini tidak mendapat banyak dukungan.
Pengembaraan jagung ke asia dipercepat dengan terbukanya jalur barat yang dipelopori oleh armada pimpinan ferdinand magellan melintasi samudera pasifik.
Di tempat-tempat baru inilah jagung relatif mudah beradaptasi karena tanaman ini memiliki elastisitas fenotipe yang tinggi.
Tanaman jagung ini masuk ke wilayah nusantara sekitar abad ke-16 oleh penjelajah portugis.
Di indonesia, jagung memiliki banyak nama panggilan tergantung daerah budidayanya, kata "jagung" menurut denys lombard merupakan penyingkatan dari jawa agung, berarti "jewawut besar", nama yang digunakan orang jawa.
Beberapa nama daerah adalah jagong (sunda, aceh, batak, ambon), jago (bima), jhaghung (madura), rigi (nias), eyako (enggano), wataru (sumba), latung (flores), fata (solor), pena (timor), gandung (toraja), kastela (halmahera), telo (tidore), binthe atau binde (gorontalo dan buol), dan barelle´ (bugis).