“Gerakan mahasiswa mulai berkolaborasi dengan partai dan elit, muncul nama Megawati, Gusdur dan Amin Rais.
Kemudian saya membuat Solidaritas Indonesia untuk Amien dan Mega. Saya ditangkap 4 Februari 1998 dan dibebaskan 3 April 1998,” jelasnya.
Selama 58 hari di dalam penjara, Dr Pius mengaku menjalani siksaan, interogasi, disetrum, dipukul dan diancam agar tidak boleh bercerita kejadia di dalam sel.
“Istilah keluar hidup dan keluar mati itu benar terjadi. Makanya setiap teman kami yang keluar sel dulu, kami selalu berpesan untuk mengabari jika sudah sampai di rumah. Karena teman yang sudah keluar tidak yakin dalam keadaan hidup,” ujarnya.
BACA JUGA:Peringati Hari Gizi Nasional, PMN Sumsel Pendukung Ganjar Gelar Senam Sehat dan Berbagi Sembako
Dari berbagai kejadian tersebut, dia tulis di dalam buku tersebut agar bisa menjadi catatan sejarah dalam memperjuangkan demokratisasi di Indonesia.
“Aldera merupakan organ gerakan yang dibangun khusus untuk menggalang kekuatan mahasiswa dalam mengejar demokrasi. Aldera juga kantong gerakan mahasiswa dari berbagai kota yakni Bogor, Bandung, Cianjur, Garut dan Tasikmalaaya,” jelasnya.
Orde Baru dalam Kacamata Ekonomi
Guru Besar di Bidang Ekonomi, Prof. Dr Bernadetter Robiani, M.Sc menilai ada kritik mahasiswa dari perspektif ekonomi terhadap rezim orde baru.
Di dalam buku tersebut, Prof Bernadetter mencatat ada beberapa hal yang terjadi pada masa orde baru terkait dengan ekonomi.
Dia menjelaskan, ekonomi didominasi oleh segelintir orang.
“Ada teori ekonomi penguasaan pasar yang membuat harga menjadi mahal,” jelasnya.
Catatan lainnya yakni ada pemborosan anggaran negara yang dilihat dari pembangunan TMII pada tahun 1972.
BACA JUGA:Forum Kades dan DPMD Kabupaten Lahat Bertemu, Ini Hasil Pertemuannya
“Tapi sesudahnya rakyat Indonesia ikut menikmati TMII. Tapi mungkin saat itu ada prioritas lain yang bisa dibelanjakan,” ucapnya.