Fakta unik Kota Singkawang berikutnya adalah tempat ibadah yang saling berdampingan. Keberadaan Wihara Tri Dharma Bumi Raya yang berseberangan dengan Masjid Raya Singkawang, merupakan salah satu simbol kerukunan antar umat beragama di Singkawang.
Wihara dengan sebutan Pekong Toa ini sudah berumur 200-an tahun, dan selalu dijadikan salah satu pusat perayaan Cap Go Meh di Singkawang. Sementara, Masjid Raya Singkawang sudah berdiri sejak 1885, lalu dipugar lagi pada 1936. Uniknya, bangunan ini termasuk termasuk masjid terbesar di Kota Singkawang.
3. Kerukunan Beragama
Masih berkaitan dengan poin sebelumnya. Pada 2018, Kota Singkawang dinobatkan sebagai Kota Paling Toleran di Indonesia oleh Setara Institute.
Penghargaan ini karena kehidupan masyarakatnya yang harmonis dalam perbedaan. Singkawang mayoritas dihuni oleh suku Melayu, Tionghoa, dan Dayak. Meski begitu, perayaan hari besar setiap agama yang ada di Singkawang selalu meriah.
4. Rumah Tionghoa Tertua
Tidak jauh dari Wihara Tri Dharma Bumi Raya atau Pekong Toa, ada sebuah rumah dari salah satu keturunan Tionghoa yang usianya lebih dari seratus tahun, yakni Rumah Marga Tjhia.
Konon, rumah ini dibangun pada 1901, oleh keturunan langsung Xie Shou Shi (Tjhia Siu Si).
Gaya arsitektur rumah ini mirip rumah tradisional di Tiongkok, yang dipadukan gaya timur dan barat, dengan strukturnya sebagian besar terbuat dari kayu besi (belian). Kini, Rumah Marga Tjhia telah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya, dan cocok dijadikan tujuan destinasi wisata saat kita berkunjung ke Singkawang.
5. Patung Naga di Tengah Kota
Fakta unik tentang Singkawang berikutnya berupa adanya patung naga di persimpangan Jalan Kepol Mahmud dan Jalan Niaga. Patung ini dibuat menghadap ke atas, bukan ke samping seperti patung pada umumnya.
Hal ini dikarenakan kepercayaan masyarakat setempat kalau toko yang berhadapan dengan naga memiliki nasib sial. Dengan menghadap ke atas, patung ini melambangkan kekuatan dan keberuntungan untuk orang di sekitarnya.
6. Desa Menjadi Kota
Dulunya, kota Singkawang adalah sebuah desa yang masuk wilayah Kesultanan Sambas. Semenjak kedatangan para pedagang dan penambang emas dari Tionghoa, mereka menyebut daerah ini sebagai San Keuw Jong, yang dijadikan sebuah desa.
Karena perkembangan yang semakin pesat, pada 1981, daerah ini ditetapkan menjadi Kota Singkawang.
7. Kota Seribu Kelenteng
Fakta menarik Kota Singkawang berikutnya adalah julukan Kota Seribu Kelenteng. Hal ini tak bisa lepas dari banyaknya tempat ibadah umat Buddha yang tersebar di Singkawang. Berdasarkan data 2014, ada sekitar 704 ada klenteng, wihara, dan cetiya yang ada di Singkawang.