Perbuatan yang tidak berguna seperti renovasi rumah yang terlalu sering, mobil ganti lagi, dan lain-lain, yang manfaatnya hanya kita rasakan, dan tidak dirasakan oleh orang-orang di sektar kita.
Jadi harta yang dititipkan Allah SWT kepada kita itum hanya untuk kesenangan diri kita sendiri, berfoya-foya dan bermewah-mewahan, tidak digunakan untuk lebih banyak orang.
3. Cenderung Lupa Mengingat Allah SWT
Dengan uang dan harta benda yang mereka miliki, mereka bisa mengatur segala sesuatu.
BACA JUGA:Cek Tanggalnya, 3 Bansos Cair Serentak Agustus 2023, KPM Terima Bantuan 3 Bulan Sekaligus
Kemudian, ada rasa ketakutan yang besar kalau harta yang mereka miliki berkurang.
Bila harta berkurang, maka mereka merasa kekuasannya akan berkurang.
Sehingga mereka menjaga uang itu tidak berkurang, tapi justru terus bertambah.
Tambahnya uang itu berarti tambahnya penghormatan yang diberikan oleh orang lain, tambahnya kekuasaan yang bisa dia beli dengan uangnya itu, dan semakin berkuasanya dia dan bisa mengatur siapapun.
BACA JUGA:KISAH SAHABAT NABI: Hanzalah, Rela Korbannya Nyawa demi Islam, Meski Baru Saja Menikah
Bila sudah seperti ini maka mereka lupa untuk mengingat Allah SWT, Sang Pencipta.
“Itu sebabnya Imam Gozali mengatakan, hati-hati,” ujarnya.
Imam Gozali menurutnya juga menggarisbawahi, bahwa seorang sufi (ahli ilmu tasawuf) bukan berarti tidak boleh kaya dan bukan berarti tidak boleh menolak dunia, tapi kekayaan yang dipunyai seorang sufi, digunakan sebaik-baiknya untuk kemanfaatan orang lain.
Jadi, bila kita memiliki harta yang banyak, jangan pernah mendewa-dewakan harta, karena itu semua adalah titipan Allah SWT yang harus kita pergunakan dengan sebaik-baiknya terutama untuk orang-orang yang membutuhkan. *